Loading...
DUNIA
Penulis: Sotyati 08:19 WIB | Senin, 23 Juni 2014

Gerilyawan Rebut Banyak Kota Irak, AS Desakkan Persatuan

Relawan Syiah, direkrut untuk menghadapi gempuran gerilyawan militan di Irak. (Foto ilustrasi: karavalitimes.com)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Gerilyawan Sunni bergerak maju di Irak barat dan menewaskan 21 orang setelah pasukan keamanan meninggalkan beberapa kota, sementara diplomat tinggi Amerika Minggu (22/6) mengimbau para pemimpin negara itu untuk meningkatkan persatuan.

Ini merupakan kabar terbaru dalam serangkaian kemunduran pasukan Irak, yang berjuang mempertahankan tanah mereka dalam menghadapi serangan gencar pemberontak yang beranggotakan ratusan ribu orang, dan memicu kekhawatiran negara itu bisa terpecah.

Para gerilyawan, yang dipimpin Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL), merebut kota-kota Rawa dan Ana setelah merebut perbatasan persimpangan Al-Qaim pada Sabtu (21/6), seperti laporan penduduk.

Mereka menembak mati 21 pemimpin lokal di Rawa dan Ana dalam dua hari kekerasan, menurut petugas dan dokter.

Pemerintah mengatakan pasukannya taktis ditarik ke perkotaan, yang justru memungkinkan para gerilyawan membuka rute strategis ke negara tetangga Suriah. Di wilayah itu gerilyawan juga menguasai perdesaan sangat luas di sepanjang Lembah sungai Efrat.

ISIL bertujuan menciptakan sebuah negara Islam yang menggabungkan Irak dan Suriah, di mana kelompok itu telah menjadi kekuatan utama dalam pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad.

Washington menginginkan negara-negara Arab menekan para pemimpin Irak guna mempercepat pembentukan pemerintah, yang telah membuat sedikit kemajuan sejak pemilu April, dan telah mencoba meyakinkan mereka ISIL menimbulkan banyak ancaman bagi mereka dan bagi Irak.

"Kami harus waspada," Presiden AS Barack Obama mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan Minggu di CBS.

Obama mengatakan, serangan ISIL dapat menggoyahkan negara lain di wilayah tersebut, dan bisa meluas ke beberapa sekutu seperti Yordania. "Mereka terlibat dalam perang di Suriah di mana - dalam masa vakum yang ditetapkan - mereka bisa mengumpulkan lebih banyak senjata, lebih banyak sumber daya," katanya.

Pemimpin AS menyerukan Perdana Menteri Syiah Nuri al-Maliki untuk mundur. Kesempatan untuk membangun kembali Irak sejak pasukan AS menarik diri pada tahun 2011 dianggap disia-siakan. (AFP/Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home