Loading...
EKONOMI
Penulis: Endang Saputra 17:21 WIB | Rabu, 12 November 2014

Harga Cabai di Jakarta Melonjak Hingga 150 Persen

Penjual cabe di Pasar Pondok Labu Jakarta pada Selasa (11/11), menggelar dagangannya. (Foto: Elvis Sendouw)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Jakarta mengalami lonjakan hingga 150 persen.

Di Pasar Cengkareng Jaya, Jakarta Barat, misalnya, harga cabai rawit merah yang semula berada di kisaran Rp 20.000an per kilogram, kini melonjak menjadi Rp 50.000 per kilogram atau naik 150 persen.

"Harga cabai rawit merah naik dari Rp 20.000 jadi Rp 50.000 per kilogram, kalau cabai besar lebih jauh lagi naiknya, dari Rp 20.000 jadi Rp 60.000 per kilogram," kata Samanhudi (28) di Jakarta, Rabu (12/11).

Pedagang cabai lain di pasar yang sama, Sukmayanti (20), mengatakan harga cabai merah besar adalah yang termahal, Rp 65.000 per kilogramnya.

Harga cabai di pasar Gang Kancil Jakarta Barat pun tak berbeda jauh. Di kios Aminah (43), cabai rawit juga mencapai Rp 50.000 per kilogramnya.

Dari kedua pasar tersebut, para pedagang kompak mengatakan kenaikan dimulai sejak sekitar dua pekan lalu.

"Kenaikan sudah sejak dua minggu lalu lah kira-kira, bertahap dulu sih naiknya, awalnya cabai rawit naik jadi Rp 38.000, eh sekarang melonjak jadi Rp 50.000," kata Samanhudi.

Berbagai alasan dikemukakan para pedagang terkait penyebab naiknya harga cabai.

Sementara itu salah satu warga Aminah mengira kenaikan disebabkan adanya spekulasi akan wacana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Katanya sih gara-gara Pak Jokowi mau naikin harga bensin, jadi semua pada dinaikin," kata nenek lima cucu itu.

Sementara Samanhudi mengatakan kenaikan harga dipicu kurangnya pasokan dari daerah penghasil cabai.

"Pasokan di Pasar Induk (Keramat Jati) kurang. Katanya sih dari Jawa-nya kurang, sebabnya tidak tahu, tapi kami beli bebas kok tidak dibatasi, sekuat uangnya saja beli berapa," kata Samanhudi yang sehari paling banyak mampu menjual 15 kilogram cabai itu.

Di Pasar Senen, Jakarta Pusat, harga cabai juga ikut merangkak naik, di kios Yati, misalnya, harga cabai rawit merah yang semula seharga Rp 18.000 per kilogram naik menjadi Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kilogram.

"Sekarang cabai yang kualitasnya buruk pun ada yang mau beli, yang agak busuk, harganya kita kasih Rp 25.000, Rp 30.000 per kilogram," kata Yati Rahayu (30), pedagang di Pasar Senen.

Yati sendiri mengaku mendapat kabar penyebab kenaikan harga cabai diakibatkan oleh rencana kebaikan BBM.

"Biasa kalau mau naik BBM harga-harga pada naik, tapi biasanya dua-tiga bulanan setelah itu stabil kembali," kata Yati yang mengaku tak menimbun cabai karena dibatasi pembeliannya oleh agen di pasar Induk.

Hal itu dari suasana di beberapa pasar tradisional di DKI Jakarta sendiri masih ramai.

"Paling kalau pun ada yang kurang ya yang biasanya beli satu kilo jadi setengah kilo, tak ada perubahan drastis apalagi pembeli sampai mogok belanja cabai," kata Samanhudi.

Sementara itu sejumlah pengusaha rumah makan padang di Jakarta mengaku lonjakan harga cabai yang terjadi sepekan terakhir signifikan mengurangi keuntungan penjualan mereka.

"Kami tidak mengurangi porsi cabai pada masakan padang kami. Tapi, risikonya keuntungan jadi berkurang," kata salah satu pemilik Rumah Makan Padang, Dewi, di Jakarta, Rabu.

Dewi mengatakan, tidak mungkin mengurangi penggunaan porsi cabai pada masakannya, terlebih menaikkan harga jual makanan per porsi, karena ia khawatir para pelanggan akan pergi.

Setiap harinya, RM Padang milik Dewi tersebut menghabiskan tiga kilogram cabai keriting merah, cabai hijau dan cabai rawit merah untuk menyajikan masakan padang yang sarat akan cabai.

Menurut Dewi, keuntungan yang diraihnya berkurang sekitar sepuluh persen jika dibandingkan dengan ketika harga cabai pada kondisi normal.

"Jadi yang bisa kami lakukan ya menunggu sampai harga cabai turun. Semoga pemerintah bisa mengatasi hal ini secepatnya," kata Dewi.

Sementara itu, pemilik RM Padang lain di Jakarta, Rizal mengatakan bahwa lonjakan harga cabai mempengaruhi usahanya, sehingga ia perlu menyiasati penggunaannya.

"Biasanya saya keluarkan banyak cabai di makanan yang disajikan, agar menarik pelanggan, tapi sekarang ya saya kurangi," kata Rizal.

Menurut Rizal, hanya hal itu yang dapat ia lakukan untuk menyiasati melambungnya harga cabai tersebut, karena ia enggan menaikkan harga makanan yang dijual. (Ant )

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home