Harga Cabai Picu Inflasi November Melesat Jadi 0,47 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini (1/12) mengumumkan tingkat inflasi November mencapai 0,47 persen. Ini jauh lebih tinggi bila dibanding inflasi November tahun 2015 (0,21 persen) dan juga lebih tinggi bila dibanding inflasi Oktober (0,14 persen).
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2016 terhadap November 2015) menjadi sebesar 3,58 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender (Januari-November) 2016 sebesar 2,59 persen.
Inflasi tahun kalender kali ini lebih tinggi bila dibanding tahun lalu (2,37 persen). Sedangkan bila yang dilihat adalah inflasi dari tahun ke tahun, angka November 2016 ini lebih rendah bila dibanding tahun lalu (4,89 persen).
Angka inflasi November kali ini di luar dugaan sejumlah analisis. Polling yang dilakukan Reuters kepada sejumlah ekonom, menunjukkan mereka sebelumnya memperkirakan tingkat inflasi tahun ke tahun hanya akan mencapai 3,43 persen, dibanding 3,58 persen seperti yang terjadi. Inflasi tahun ke tahun pada Oktober lalu, hanya 3,31 persen.
Penyebab utama inflasi November adalah kenaikan harga-harga kelompok Bahan Makanan, terutama bumbu-bumbuan. Kelompok Bahan Makanan mengalami inflasi sebesar 1,66 persen pada November. Dari 11 subkelompok yang ada pada kelompok Bahan Makanan, subkelompok yang menyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami kenaikan harga sebesar 12,68 persen.
Yang menarik dari 11 subkelompok pada kelompok Bahan Makanan, hanya empat subkelompok yang mengalami inflasi. Selebihnya mengalami deflasi.
Secara keseluruhan kelompok Makanan memberi andil inflasi sebesar 0,36 persen. Komoditas yang memberi andil terbesar terhadap inflasi adalah cabai merah (0,16 persen), bawang merah (0,10 persen), cabai rawit (0,05 persen), dan tomat sayur (0,04 persen).
Selain kelompok Bahan Makanan, kelompok Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,05 persen. Sedangkan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, memberi andil inflasi 0,04 persen.
Kelompok Sandang memberi andil deflasi sebesar 0,01 persen, sedangkan kelompok Kesehatan memberi andil inflasi sebesar 0,1 persen. Lalu kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan memberi andil inflassebesar 0,01 persen.
Bank Indonesia menargetkan inflasi tahunan untuk 2016 di kisaran 3 hingga 5 persen. Inflasi rendah antara lain diperlukan agar BI dapat menjalankan kebijakan suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Polri Terima 18 Personel Penyandang Disabilitas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen...