Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:33 WIB | Senin, 09 April 2018

Hari Kesehatan Dunia dan Dirgahayu WHO

Ilustrasi. Seorang anak lelaki mendapatkan tetesan vaksin polio dari para pekerja vaksinasi anti polio di sepanjang jalan di Quetta, Pakistan, 2 Januari 2017 (Foto: Voaindonesia.com/reuters/Naseer Ahmed)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM — Dirgahayu World Health Organization pada 7 April. Organisasi Kesehatan Dunia PBB itu berulang tahun ke-70 tahun ini. Tanggal itu juga menandai Hari Kesehatan Dunia. Dalam tujuh dekade terakhir banyak yang telah dicapai, namun juga masih banyak yang harus dikerjakan.

World Health Organization telah menjadi ujung tombak dari berbagai upaya untuk membebaskan dunia dari penyakit-penyakit mematikan, seperti cacar. Organisasi itu telah membentuk berbagai kemitraan untuk menanggulangi penyakit-penyakit lain, termasuk polio. Hanya 17 anak yang terjangkit polio tahun lalu. Semua kasus ini terjadi di kawasan terpencil di Pakistan.

Pada bulan Maret, Sudan Selatan bergabung dengan daftar negara-negara yang telah berhasil mengatasi penyakit cacing Guinea. Mantan Presiden AS, Jimmy Carter, memulai kampanye untuk memberantas cacing Guinea pada tahun 1986 saat parasit tersebut menjangkiti 3,5 juta orang di Asia dan Afrika. Sejak itu, WHO mengeluarkan sertifikasi bagi 199 negara, kawasan, dan daerah-daerah yang telah terbebas dari penyakit cacing Guinea.

Akses pada vaksin penyelamat nyawa lain, seperti vaksin campak, berada di luar jangkauan dari banyak orang. Itulah mengapa World Health Organization mendeklarasikan tema dari Hari Kesehatan Dunia “kesehatan untuk semua”.

“Kesehatan yang baik adalah hal yang paling berharga bagi setiap orang,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam sebuah rilis berita dari kantor pusat WHO di Jenewa. “Saat orang sehat, mereka dapat belajar, bekerja, dan mendukung dirinya sendiri dan keluarganya. Saat mereka sakit, yang lain menjadi tidak berarti apa-apa. Keluarga dan masyarakat terabaikan. Itulah mengapa WHO sangat berkomitmen untuk memastikan adanya jaminan kesehatan bagi semua orang.”

James Fitzgerald mengawasi jaminan kesehatan universal di benua Amerika lewat Pan American Health Organization, sebuah divisi regional dari World Health Organization.

“Sebagian besar populasi dunia berbicara tentang jaminan kesehatan universal saat ini. Ini adalah salah satu tantangan global yang kita hadapi,” katanya.

Layanan kesehatan universal, tambahnya, termasuk di antaranya akses ke layanan medis dan jaminan sehingga keluarga tidak harus mengalami krisis keuangan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

 Namun, ada beberapa hambatan yang mencegah orang untuk dapat mengakses pelayanan, yang membuat 2 dari 3 orang di benua Amerika selain juga separuh populasi dunia, tidak memiliki akses ke layanan kesehatan.

Fitzgerald mengatakan, hambatan-hambatan yang ada tersebut cukup bersifat universal, yakni minimnya lembaga layanan kesehatan seperti tidak cukup dokter, perawat, teknisi, dan personel lain yang terlibat dalam industri kesehatan, dan minimnya dana untuk kesehatan di tingkat nasional, lokal, dan individual. Ia juga mengutip diskriminasi sosial dalam sistem kesehatan.

Ini adalah tugas yang sulit untuk dilaksanakan oleh negara-negara yang ingin berinvestasi dalam layanan kesehatan nasional. WHO berpendapat saat orang-orang memiliki akses ke layanan kesehatan, hidup mereka menjadi lebih produktif, wabah penyakit dapat dengan mudah ditanggulangi, dan kemungkinan negara-negara itu akan lebih sejahtera. (voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home