Loading...
INDONESIA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 23:13 WIB | Minggu, 23 September 2018

Hari Tani 2018: Petani Kendeng Nagih Janji

Ritual Brokohan dan doa bersama warga JM-PPK di monumen/tugu Yu Patmi di Desa Larangan, Kabupaten Pati, Minggu (23/9) siang. (Foto: JM-PPK)

PATI, SATUHARAPAN.COM - Mengawali peringatan Hari Tani Nasional 24 September 2018, pada Minggu (23/9) petani Kendeng yang tergabung dalam JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng), mengadakan doa bersama dan brokohan di monumen Tugu Yu Patmi, Desa Larangan Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 

Brokohan adalah ritual rutin yang dilakukan saat hendak memulai tanam, disaat panen, saat usai panen maupun saat-saat khusus seperti Hari Tani Nasional, sebagai wujud syukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan YME melalui kasih-Nya pada ibu bumi, "ibu" yang selalu memberi tanpa meminta balasan.

JM-PPK memaknai Hari Tani bukan hanya sekedar "upacara atau rutinitas" semata, namun juga menyangkut keselamatan bangsa dan negara. Petani sebagai salah satu tulang punggung pangan bangsa sejauh ini dirasakan oleh masyarakat yang tergabung dalam JM-PPK belum menjadi perhatian utama bagi kebijakkan pembangunan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 

"Hari Tani 2018 menjadi istimewa bagi kami petani, khususnya petani Kendeng dan petani-petani daerah lain yang saat ini tengah menghadapi ancaman kehilangan lahan garapan akibat dari rencana penambangan dan ekspansi pabrik semen. Sumber-sumber mata air yang menjadi pemasok kebutuhan hidup baik untuk pertanian, peternakan maupun kebutuhan manusia terancam musnah akibat ditambangnya kawasan karst. Pegunungan karst Kendeng yang menyimpan ribuan mata air dan sungai bawah tanah yang selama ini telah memberikan hidup dan penghidupan," jelas koordinator JM-PPK Gunretno kepada satuharapan.com, Minggu (23/9) siang melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut Gunretno mempertanyakan bagaimana bisa berdaulat dalam pangan jika lahan-lahan produktif rusak/dirusak/musnah akibat tidak tepatnya pengambilan kebijakan serta ancaman terhadap hak-hak petani/warga.

Gunretno juga mengingatkan bawha Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) I dan II untuk wilayah Pegunungan Kendeng telah merekomendasikan untuk kawasan Kendeng sebagai kawasan lindung geologis, namun hingga saat ini masih belum ada langkah-langka serta tindak lanjut dari rekomendasi tersebut. Secara hukum, putusan pengadilan hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung juga telah memenangkan gugatan warga atas pencabutan ijin penambangan bahan baku semen di CAT Air Putih (Rembang) dan kawasan Kendeng lainnya.

"Betapa sulitnya menjadi petani di negeri sendiri. Negara yang seharusnya melindungi seluruh rakyatnya (termasuk petani) untuk berkarya dan berkontribusi mengisi kemerdekaan ini justru telah abai kepada petani khususnya petani Kendeng," kata Gunretno.

Setelah Brokokan di monumen Yu Patmi, Desa Larangan, Tambakromo Pati, JM-PPK rencananya akan melanjutkan aksi "Kendeng Nagih " pada Senin (24/9) di seberang Istana Negara Jakarta sebagaimana janji Presiden Joko Widodo untuk menuntaskan masalah rencana pabrik-tambang yang ada di Pegunungan Kendeng tanggal 2 Agustus 2016.

 

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home