Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 11:21 WIB | Selasa, 09 Agustus 2016

Hijab Tak Halangi Ibtihaj Muhammad Berolahraga

Hijab Tak Halangi Ibtihaj Muhammad Berolahraga
Ibtihaj Muhammad. (Foto: teamusa.org)
Hijab Tak Halangi Ibtihaj Muhammad Berolahraga
Ibtihaj Muhammad (kiri) memberi arahan kepada Ibu Negara AS, Michelle Obama dalam acara 100 Hari Menjelang Olimpiade beberapa waktu lalu. (Foto: philstar.com)

SATUHARAPAN.COM – Atlet anggar putri Amerika Serikat (AS), Ibtihaj Muhammad, saat ini berada di Rio De Janeiro, Brasil, mewakili AS dalam cabang olahraga anggar. Namun, bagi dia, pengalaman paling berkesan justru perasaan bangga membawa identitas sebagai muslimah dalam hidup sehari-hari.

Seperti diberitakan bbc.com, pada hari Senin (8/8), Muhammad mengaku senang dengan identitasnya sebagai muslimah karena sebagai perempuan yang berhijab dalam aktivitas sehari-hari, dia tidak ingin membela atau menonjolkan kelompok atau agamanya saja, namun dia memiliki nasionalisme kuat. “Kontingen AS adalah salah satu yang terkuat di dunia. Saya bangga menjadi bagian dari itu,” kata dia.

Muslimah asal New Jersey, AS itu, merasa sedih ada sebagian besar komunitas atau masyarakat di dunia yang masih menerapkan rasisme atau bertindak diskriminatif terhadap Muslim dalam berbagai bidang.

Bahkan dalam bidang yang dia tekuni, Muhammad melihat masih ada diskriminasi dalam olahraga. Menurut dia, banyak orang di dunia yang melihat politik dan olahraga adalah dua hal yang  tidak boleh bercampur. Tetapi, Muhammad berani melakukan terobosan dan memberi pandangannya sendiri dengan satu cara yang paling mudah: hijab. “Sebagai komunitas global, muslimah harus bekerja lebih keras untuk mengubah situasi saat ini,” kata dia.

Beberapa waktu lalu di berbagai penjuru dunia terdapat aksi anarkis yang bernuansa diskriminatif terhadap kelompok tertentu.

Menurut bbc.com, ada serangkaian serangan di AS saat delapan petugas polisi AS ditembak mati dalam sebuah insiden yang bermotif serangan balas dendam atas pembunuhan pria muda berkulit hitam oleh polisi.

Sementara itu, saat Hari Kemerdekaan Prancis, 84 orang meninggal dunia ketika sebuah truk menabrak kerumunan besar di Nice. Pada sisi lain, seorang pastor meninggal dunia dianiaya secara keji dua anggota ekstremis, di Rouen, Prancis.  

Di Jerman, sepuluh orang meninggal dunia dan puluhan luka-luka saat serangan terjadi yang diduga dilakukan ekstremis di stasiun kereta api. Bahkan pada April 2016, saat menghadiri ajang anak muda South by Southwest Festival di Austin, Texas dia mengalami diskriminasi.

Saat itu panitia akhirnya meminta maaf karena ada oknum yang mengaku panitia acara tersebut menyuruh Muhammad melepas jilbab saat hendak menerima piagam penghargaan. “Saya senang menantang stereotip,” kata dia.

Menurut Muhammad, rangkaian peristiwa tersebut merupakan kesalahpahaman. “Masalah seperti itu sudah berlangsung begitu lama dan rasanya seperti itu akan selalu menghantui Anda,” kata dia.

Muhammad menganggap aksi terorisme tersebut tidak menjadi bagian hidupnya, karena dia bukan tipikal orang yang menganut paham kekerasan.

Dia tidak trauma dengan aksi diskriminatif tersebut. Beberapa waktu kemudian bahkan dia mengalami peristiwa yang selalu membuatnya bangga, yakni saat Idul Fitri beberapa waktu lalu, dia diundang bersama dengan komunitas Muslim AS ke Gedung Putih untuk merayakan Idul Fitri bersama Presiden Barack Obama dan Michelle Obama.

Dia menjelaskan pemimpin AS saat ini adalah sosok ramah, bersahabat, terbuka terhadap umat Muslim. Bahkan saat peluncuran 100 Hari Menjelang Olimpiade di Washington DC, satu bulan sebelumnya, Muhammad memberikan petunjuk tentang olahraga anggar kepada Ibu Negara AS, Michelle Obama.

Muhammad di awal 2016 pernah masuk dalam 100 orang paling berpengaruh versi majalah Time. Ia pernah menghasilkan prestasi gemilang karena pernah memenangkan gelar Pan America pada bulan Juni setelah dua kali peraih medali emas Olimpiade 2012, Mariel Zagunis mengundurkan diri karena cedera.

Dua tahun sebelumnya, dia memenangkan emas di Kejuaraan Dunia Anggar di Rusia. “Saya melihat sebagai orang yang berkecimpung dalam olahraga, saya selalu berusaha memberi yang terbaik bagi negara ini,” kata dia.

Pada sisi lain, Muhammad merasa beruntung karena lahir dengan talenta olahraga, dan memiliki sahabat dan teman yang tidak diskriminatif. Di lain tempat, menurut perempuan berusia 30 tahun ini, masih banyak orang lain yang sebenarnya memiliki keinginan untuk olahraga, namun tidak memiliki fasilitas, tidak memiliki akses terhadap air minum bersih, atau akses ke pendidikan. “Menurut saya olahraga memiliki kemampuan untuk mengubah hidup,” kata dia.

Muhammad memperkirakan di masa mendatang banyak generasi muda Muslim di dunia yang menjadi sumber inspirasi. Karena bagi Muhammad, dilahirkan dalam keadaan berbeda dengan orang di lingkungan sekitar bukan penghalang untuk menggapai prestasi. “Jika saya bisa mendorong perempuan untuk aktif, maka itu adalah hal yang positif,” kata dia.

Menurut Muhammad, kehadiran dia di Rio De Janeiro, Brasil bukan untuk diri sendiri. Dia mewakili keluarga, komunitas Muslim di negaranya, dan yang terpenting menurut dia adalah mewakili Amerika Serikat. (bbc.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home