Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 09:43 WIB | Rabu, 10 Agustus 2016

Hijab, Tetap Membanggakan bagi Atlet Voli Pasir Mesir

Hijab, Tetap Membanggakan bagi Atlet Voli Pasir Mesir
Doaa Elghobashy (kiri) saat membela tim voli pantai putri Mesir menghadapi andalan Jerman, Kira Walkenhorst (kanan). (Foto: mirror.co.uk)
Hijab, Tetap Membanggakan bagi Atlet Voli Pasir Mesir
Doaa Elghobashy saat berlaga di Olimpiade. (Foto: thestar.com)

RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM – Bukan hanya Ibtihaj Muhammad, atlet anggar Amerika Serikat (AS) yang mendapat sorotan di Olimpiade Rio 2016 karena tampil berhijab. Sorotan kamera juga terarah ke cabang olahraga lain, voli pasir putri.

Doaa Elghobashy, tampil di medan laga dengan mengenakan seragam lengan panjang hingga pergelangan tangan, dan berjilbab. Dan, Elghobashy bangga dengan tampil seperti itu.

"Hijab tidak membuat saya jauh dari hal-hal yang saya suka lakukan, dan voli pasir adalah salah satunya,” kata Elghobashy seperti diberitakan Sydney Morning Herald, hari Selasa (9/8).

Dia mengutarakan pendapatnya setelah dia dan rekannya, Nada Meawad, ditundukkan pasangan Jerman, Laura Ludwig dan Kira Walkenhorst, dengan kedudukan 21-15, 21-15 di partai Grup D voli pasir putri Olimpiade 2016. Elghobashy menuturkan jilbab membuatnya tertantang dan makin bersemangat berolahraga.

Pemandangan kontras terlihat di Beachvolleyball Arena, Pantai Cobacana, Rio De Janeiro, hari Senin (8/8), saat dua atlet berbeda negara melompat di depan net untuk menggapai bola voli dan melakukan smash. Yang satu Doaa Elghobashy, sedangkan pada sisi lain ada Kira Walkenhorst. Bila dilihat sepintas tidak ada yang salah dari gerakan mereka, namun perbedaan terletak pada seragam cabang olahraga itu yang berbeda.

Kira Walkenhorst mengenakan seragam yang paling lazim dikenakan banyak atlet voli pasir putri di dunia, bikini. Di sisi lain, Doaa Elghobashy selain mengenakan baju lengan panjang dan hijab, juga mengenakan celana panjang.

Dua hal yang kontras dalam cabang olahraga voli pasir tersebut, menurut Sydney Morning Herald, dianggap sebagai salah satu filosofi olimpiade, yakni olahraga dapat bercampur dengan budaya dan pendidikan.   

Elghobashy bersama rekannya masuk dalam sejarah di Mesir sebagai pasangan voli pasir putri pertama yang berlaga di Olimpiade. “Saya benar-benar bangga dengan hijab saya,” kata atlet kelahiran 1996 tersebut.

“Saya sudah mengenakan jilbab selama sepuluh tahun, dan kami sudah tergabung Federasi Bola Voli Internasional (Federation Internasional Volley Ball/FIVB), yang memberi kita hak bermain dengan jilbab dan saya benar-benar senang untuk ini,” kata dia.

Celana panjang dan baju lengan panjang pertama kali disetujui sebagai alternatif untuk cabang olahraga renang pada Olimpiade London tahun  2012.

Sebelumnya, Ketua FIVB, Richard Baker, menjelaskan cabang voli pasir memberlakukan aturan tersebut (celana lengan panjang dan baju lengan panjang bagi putri) dengan tujuan cabang olahraga tersebut dapat diikuti atlet putri dari negara-negara yang berbeda budaya. “Tujuannya adalah untuk memungkinkan lebih banyak orang untuk bermain olahraga voli,” kata Baker.

Baker menyebut FIVB memiliki pertimbangan ada beberapa negara yang memiliki persyaratan tertentu bagi atlet putri sehingga dibutuhkan seragam yang lebih fleksibel.

Bikini merupakan seragam yang lazim digunakan atlet voli pasir putri sejak cabang olahraga ini ditandingkan di Olimpiade  Atlanta tahun 1996.  

Menjelang Olimpiade Rio, seperti dikutip media mesir, Al Ahram, saat Mesir berpartisipasi di ajang multievent olahraga Mediterranian Games, Elghobashy berkomentar hijab dalam olahraga tidak sama dengan berpartisipasi dalam sebuah peragaan busana.  

Di Olimpiade Rio, Elghobashy dan Meawad berada di Penyisihan Grup D bersama Italia, Jerman, dan Kanada. “Kalah dari Jerman di pertandingan awal boleh saja terjadi, namun kami memiliki kesempatan di pertandingan berikutnya,” kata Elghobashy. (smh.com.au/ahram.org.eg)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home