Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 22:41 WIB | Kamis, 26 Maret 2020

Houthi Bebaskan Penganut Baha'i Yaman dari Penjara

Penganut Baha'i di Yaman, Hamed Kamal haydara, yang dijatuhi hukuman mati oleh kelompok Syiah Houthi di Yaman. Dia disebutkan salah satu yang akan dibebaskan dari hukuman. (Foto: dari HRW)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM-Mahdi al-Mashat, pemimpin kelompok Houthi di Yaman, mengumumkan pembebasan semua penganut agama Baha’i yang dipenjarakan oleh kelompok itu. Dalam pernyataan di televisi al-Masirah, pemimpin Houthi itu hari Selasa (24/3) menyatakan pembebasan anggota kelompok minoritas agama yang dianiaya, termasuk Hamed bin Haydara, yang hukuman mati pada awal pekan ini oleh pengadilan Houthi di di Sanaa, Yaman.

Komunitas Baha'i di Jerman menyambut baik pengumuman tersebut dan mendesak implementasi langsung dari perintah membebaskan anggotanya yang dipenjara.

"Enam penganut Baha'i telah ditahan secara salah di Sanaa selama beberapa tahun, karena kepercayaan agama mereka, dan telah mengalami serangkaian tuduhan yang tidak berdasar," tulis komunitas Baha'i di Jerman, seperti dikutip The Jerusalem Post.

Enam penganut Baha'i yang dipenjara adalah Hamed bin Haydara, Waleed Ayyash, Akram Ayyash, Kayvan Ghaderi, Badiullah Sanai dan Wael al-Arieghie.

"Perintah ini harus mengarah pada pencabutan tuntutan terhadap lebih dari 20 orang Baha’i dari tahun 2018, pengembalian semua aset dan properti Baha’i, dan berfungsinya lembaga-lembaga Baha’i," kata komunitas itu.

Pernyataan itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa, “seperti semua warga Yaman lainnya, penganut Baha’i harus diizinkan menjalankan keyakinan mereka secara bebas sesuai dengan prinsip universal kebebasan beragama dan berkeyakinan. Baha’i di Yaman akan terus berkontribusi untuk kesejahteraan negara dan sesama warga negara."

Kelompok Syiah Houthi Yaman didukung oleh Iran, dan mereka berperang melawan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi. Iran sendiri telah melancarkan kampanye untuk menekan kelompok Baha’i Iran dan mengeluarkan minoritas agama dari kehidupan publik, menurut para pemantau kebebasan beragama.

Menurut laporan tahun 2019 oleh Komisi Amerika Serikat tentang Kebebasan Beragama Internasional, "ada lebih dari 300.000 penganut Baha'i di Iran, yang bersama-sama merupakan minoritas agama non-Muslim terbesar di negara itu.

Meskipun Presiden Iran, Hassan Rouhani, pernah berjanji untuk mengakhiri diskriminasi agama, penganut Baha'i masih tidak diakui oleh negara dan ditolak hak-hak politik, ekonomi, budaya dan sosial mereka, menurut laporan itu.

Laporan tersebut mencatat bahwa "selama 10 tahun terakhir, lebih dari 1.000 penganut Baha'i telah ditangkap secara sewenang-wenang atas dasar keyakinan mereka. 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home