Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:10 WIB | Senin, 15 Agustus 2016

Ibtihaj Muhammad: Perunggu bagi Perbaikan Stereotip Muslimah

Atlet anggar putri AS, dari kiri ke kanan: Monica Aksamit, Ibtihaj Muhammad, Dagmara Wozniak dan Mariel Zagunis (Foto: gettyimages.com/Tom Pennington)

RIO DE JANEIRO, SATUHARAPAN.COM – Atlet anggar putri Amerika Serikat (AS), Ibtihaj Muhammad, mengatakan dengan raihan medali perunggu di Olimpiade 2016, dia berharap ada perbaikan anggapan umum masyarakat (stereotip) terhadap Muslim di seluruh dunia.    

“Melalui kemenangan dengan medali perunggu di Olimpiade ini saya ingin memerangi stereotip banyak orang tentang Muslim dan keturunan Afrika-Amerika, bahkan terhadap Muslimah di seluruh dunia,” kata Muhammad, seperti diberitakan Guardian, hari Minggu (14/8).

Pada final nomor sabre beregu, hari Sabtu (13/8), Ibtihaj Muhammad dari tim anggar putri AS, memenangkan medali perunggu di Olimpiade 2016. Sabre, mengutip dari Wikipedia, adalah jenis pedang yang digunakan dalam olahraga anggar berbentuk segitiga dan sudutnya tidak tajam, seperti parang kecil, semakin ke atas semakin pipih dan ujungnya ditekuk hingga tidak meruncing. Beratnya 500 gram. Sabre adalah salah satu nomor dalam anggar, dan dipertandingkan di Olimpiade. Selain sabre, ada nomor floret dan epee.

Saat berada di atas podium juara bersama anggota tim anggar Amerika Serikat lain, yakni Dagmara Wozniak, Mariel Zagunis, dan Monica Aksamit, Muhammad terlihat bangga mengenakan jaket tim AS.

Dalam berbagai kesempatan dia mengatakan, saat ini pandangan orang perlu direvisi lagi. Menurut dia banyak orang harus memiliki cara pandang berbeda saat melihat Muslimah dan orang kulit hitam berlaga di ajang olahraga seperti Olimpiade. Dia mengibaratkan Muslimah di seluruh dunia kini telah "meloncat pagar", tidak sekadar berkutat di aktivitas rumah tangga.

Dia juga mengatakan medali Olimpiade akan memberi harapan kepada banyak perempuan di dunia yang belum memiliki fasilitas olahraga yang baik agar dapat berprestasi. “Perempuan harus bercita-cita bendera negaranya berkibar-kibar di podium juara Olimpiade,” kata dia.

Muhammad mengatakan pilihan mengenakan jilbab itu tidak dia maksudkan untuk menyombongkan diri, namun membantu mengubah kondisi di sekitarnya agar menjadi lebih baik.

Ibtihaj Muhammad menjelaskan sebagai atlet tingkat dunia dia ingin lebih banyak atlet perempuan pulang dari Olimpiade dengan medali. Medali, dia mengatakan, lebih penting daripada penampilan secara individual, karena menurut dia kehadirannya di Olimpiade tidak hanya menandakan sebagai atlet Muslimah AS pertama yang berlaga dengan hijab, namun juga ingin mencatat sejarah untuk menentang segala bentuk diskriminasi dan intoleransi yang selama ini terjadi.

Saat legenda tinju dunia asal AS, Muhammad Ali, meninggal dunia beberapa waktu lalu, dia berkomentar ingin meneruskan cita-cita Ali dalam melihat dunia yang lebih universal dan setiap individu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Beberapa waktu lalu ketika calon presiden Partai Republik AS, Donald Trump, sempat menyinggung larangan Muslim masuk AS, Ibtihaj Muhammad mengatakan ucapan Donald Trump seluruhnya sangat berbahaya. “Ketika dia berkomentar, dia tidak berpikir kalimatnya akan mempengaruhi orang,” kata dia.

Ibtihaj Muhammad menambahkan sebagai seorang yang berdarah Afrika-Amerika, dia mengatakan tidak membayangkan memiliki tempat lain bila diusir dari AS, karena sejak kecil ia lahir dan tumbuh di New Jersey, AS. (theguardian.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home