Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 19:37 WIB | Jumat, 23 Mei 2014

Imelda Wiguna Evaluasi Tim Uber

Imelda Wiguna Evaluasi Tim Uber
Imelda Wigoena, dan Sarwendah Kusumawardhani (jaket merah) saat memberi pengarahan Tim Uber Indonesia 2014, pada salah satu pertandingan. (Foto: Humas PBSI).
Imelda Wiguna Evaluasi Tim Uber
Sarwendah Kusumawardhani (jaket merah) memberi instruksi kepada salah satu andalannya, Bellaetrix Manuputty.

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM – Imelda Wiguna selaku manajer tim bulu tangkis Piala Uber Indonesia akan mengevaluasi tim Srikandinya setelah gagal lolos babak perempat final Piala Uber di India karena kalah dari tim tuan rumah.

“Kalau mau jadi juara itu memang mahal harganya, karena harus kerja keras dan disiplin. Soal beban itu pasti dirasakan tiap pemain, tapi kita harus bisa mengontrol. Kalau tidak mau ada beban ya jangan jadi atlet. Kekalahan ini kami jadikan pembelajaran untuk bisa lebih baik lagi kedepannya,” kata Imelda melalui surat elektronik yang diterima satuharapan.com Jumat (23/5).

Para Srikandi bulu tangkis Indonesia belum berhasil memenuhi target ke semfinal Piala Uber 2014. Di babak perempat final yang berlangsung Kamis (22/5) petang, tim Uber Indonesia digulung  India dengan skor 0-3.

Imelda mengaku telah berkoordinasi dengan Sarwendah dan Eng Hian, pelatih tunggal dan ganda putri mengenai formasi yang diturunkan saat menghadapi India, karena negeri bangunan Taj Mahal ini menurunkan formasi yang sama saat Saina Nehwal (andalan tim Uber India) menghadapi Thailand di penyisihan.

“Tuhan sudah memberikan jalan, doa kami sudah terkabul saat terhindar dari Tiongkok di perempat final, tetapi kami masih belum bisa melewati tim India. Padahal di dalam hati kami ada keyakinan bisa menang,” lanjut mantan pebulu tangkis era 70-an ini.

Imelda berharap para pebulu tangkis putri bisa bangkit, terutama pada Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia yang akan dihelat di Jakarta pada 2015 mendatang.

“Asalkan ada kemauan dari atletnya. Kalau mau juara memang ada harga yang harus dibayar. Selain itu, menurut saya harus ada role model di tim putri. Supaya mereka bisa mencontoh dan meneladani. Anak-anak bisa memetik pelajaran,” tutup Imelda.

Dalam kesempatan yang sama Sarwendah Kusumawardhani mengevaluasi kelemahan Adrianti Firdasari dan kawan-kawan. Dari penampilan para pemain tunggal putri secara khusus, Sarwendah menilai memang ada yang kurang.

“Permainan anak-anak sudah benar, keinginan untuk menang ada. Tapi tenaga untuk finishing touch-nya tidak ada,” kata Sarwendah.

“Sepulang dari sini tidak ada ampun lagi semua pemain harus menjalani latihan tanpa bisa menawar. Selama ini memang ada yang kurang. Lelah sedikit (sudah) tepar. Sepulang dari India saya cuma beri dua pilihan: mau atau tidak untuk kerjakan latihan ini. Mau jadi juara ya tidak boleh pilih-pilih," tutup pebulu tangkis Indonesia era 1990-an itu.

Nasib Berbeda Tim Bulu Tangkis Tiongkok

Tim Tiongkok yang sempat menjadi momok Indonesia, baik di sektor putra maupun putri menggapai dua hasil berbeda. Dalam semi final pada Jumat (23/5) tim Uber Tiongkok unggul telak 3-0 atas Korea Selatan. Secara bersamaan, tim Thomas Tiongkok dihajar 0-3 dari Jepang.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home