Ingin Langsing? Kunyah Makanan Perlahan
JEPANG, SATUHARAPAN.COM – Mengunyah makanan perlahan dan memberi jeda di antara suapan bisa mengurangi berat badan, menurut sebuah hasil penelitian, seperti dilaporkan AFP , Selasa (13/2).
Penelitian yang melibatkan 60.000 orang Jepang, menunjukkan ada hubungan antara kecepatan mengunyah makanan, dengan penurunan atau kenaikan berat badan.
“Perubahan dalam kecepatan mengunyah makanan bisa mempengaruhi perubahan obesitas, BMI dan lingkar pinggang,” kata dua peneliti dari Universitas Kyushu di Jepang, dalam tulisan di jurnal BMJ Open.
“Beberapa intervensi untuk mengurangi kecepatan mengunyah makanan mungkin bisa efektif mencegah obesitas dan mengurangi risiko yang ditimbulkan untuk kesehatan.”
BMI adalah kepanjangan Body Mass Index atau perbandingan berat badan terhadap tinggi badan.
Menurut WHO, seseorang dinyatakan kelebihan berat badan apabila memiliki BMI 25 dan obesitas bila memiliki BMI 30.
Para peneliti menganalisis data asuransi kesehatan dari 59.717 orang yang didiagnosa dengan diabetes Tipe 2, yang biasanya menyerang pada saat memasuki usia dewasa karena kelebihan berat badan.
Para peserta menjalani pemeriksaan kesehatan berkala dari 2008-2013.
Data yang diambil termasuk umur dan jenis kelamin, BMI, lingkar pinggang, tekanan darah, kebiasaan makan, konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan merokok.
Sejak awal, kelompok dengan 4.192 orang yang mengunyah makanan perlahan memiliki rata-rata lingkar pinggang yang lebih kecil, dengan nilai tengah BMI 22.3, dan sedikit sekali yang mengalami obesitas, yaitu 21.5 persen dari total.
Sebagai perbandingan, lebih dari 44 persen kelompok dengan 22.070 orang yang mengunyah makanan dengan cepat, mengalami obesitas, dengan nilai tengah BMI 25.
Tim peneliti juga mencatat kecepatan mengunyah makanan sepanjang 6 tahun. Selama periode itu, lebih dari lebih dari setengah kelompok percobaan melaporkan penyesuaian pada satu cara atau lainnya.
“Hasil utama mengindikasikan berkurangnya kecepatan mengunyah makanan bisa menghasilkan penurunan obesitas dan BMI,” menurut mereka.
Faktor lain yang bisa membantu penurunan berat badan, menurut data itu, termasuk tidak mengudap setelah makan malam dan dua jam sebelum tidur.
Melewatkan sarapan pagi juga tampaknya tidak ada dampak.
Simon Cork dari Imperial College London, mengomentari penelitian itu bahwa “menegaskan apa yang sudah kita yakini bahwa mengunyah makanan perlahan berhubung dengan berkurangnya kenaikan berat badan, ketimbang makan cepat-cepat.”
Hal ini mungkin karena sinyal kenyang butuh waktu untuk dikirim dari perut ke otak. Sedangkan pada orang-orang yang mengunyah makanan lebih cepat, sinyal tersebut ditangkap oleh otak, setelah mereka mengonsumi makanan lebih dari yang dibutuhkan.
Namun, dia mengatakan mengandalkan para peserta untuk menilai apakah mereka mengunyah makanan dengan cepat atau lambat “sangat subjektif” dan bisa membuat data tidak akurat. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
WHO dan 50 Negara Peringatkan Serangan Ransomware pada Rumah...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekitar 50 negara mengeluarkan peringatan ...