Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 10:29 WIB | Minggu, 28 November 2021

Ini Yang Terjadi Ketika Menteri Pendidikan Bertemu Mantan Guru SD-nya

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim. (Foto: Humas Kemendikbudristek)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Apa yang terjadi ketika Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bertemu dengan para guru yang pernah mengajarnya di sekolah.

Ini terjadi pada Puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2021 yang berlangsung, Kamis (25/11). Di acara itu, Nadiem juga berkesempatan untuk bernostalgia dengan tiga orang guru masa kecilnya dari SD Al Izhar, Pondok Labu, Jakarta.

“Wah, saya senang sekali, sudah berapa lama, ya, kita tidak bertemu? Sepertinya sejak umur (saya) 12 (tahun), ya?” kata Nadiem yang terkejut ketika dipertemukan dengan guru-guru SD-nya. “25 tahun!” kata Anwar Ahmad, mantan gurunya.

Ternyata Nadiem adalah sosok siswa yang ceria, menyenangkan, dan sangat kritis, menurut kesan yang paling membekas tentang Nadiem di mata guru-gurunya.

Menurut Anwar, banyak pertanyaan menarik yang tak terduga disampaikan Nadiem kecil kala itu. “Tapi itu membuat kami para guru belajar lagi. Biasanya, saya ajak Nadiem untuk bersama-sama mencari jawabannya di perpustakaan sekolah,” katanya.

Di panggung bersama tiga guru SD-nya, Nadiem juga dikejutkan dengan foto-fotonya bersama teman-teman sekolahnya yang ditampilkan di layar.

Sebaliknya, bagi Nadiem, kegigihan guru-gurunya dalam mendidik dan selalu memberi ruang baginya untuk berekspresi adalah yang paling mengesankan. Di situlah Nadiem kecil merasa dihargai sebagai seorang siswa.

“Karena banyak guru-guru yang kalau anaknya banyak nanya, justru tidak suka. Terus dituduh tidak pintar, atau malah mereka jadi frustasi pada anaknya,” kata Nadiem.

Nadiem mengaku sempat dituduh terlalu banyak bertanya. Namun, guru Sakinah beralasan Nadiem kecil gemar bertanya, karena berani mengajukan berbagai ide dan inovasi baru yang sangat menarik. “Saya selalu gemas dengan tampilannya (Nadiem) yang selalu ceria, cemerlang, dan tidak pernah berwajah sedih,” kenang perempuan yang biasa dipanggil Ina ini.

Melihat Nadiem menjadi Mendikbudristek, tidak membuat heran guru Anggerina Nutriana. Sejak dulu, karakter kepemimpinan itu melekat pada diri Nadiem Anwar Makarim. “Itu sudah terlihat sejak di kelas III,” ungkap guru yang biasa dipanggil Bu Nina itu.

Ketika duduk di bangku kelas III, bakat Nadiem bernegosiasi sudah terlihat. Ceritanya saat itu ada kegiatan donor darah di sekolah tapi tidak ada satupun guru kelas III yang mendonor. Nadiem kecil membujuk Bu Nina untuk mau mendonorkan darahnya.  Meski harus bernegosiasi dengan tim medis, Nadiem tak menyerah hingga akhirnya Bu Nina saat itu diizinkan untuk menjadi pendonor.

Nadiem berterima kasih atas bimbingan dan pendidikan di masa kecilnya yang menjadi modal baginya di masa depan. “Terima kasih atas jasa-jasa Bapak dan Ibu mendidik saya dan mentolerir segala kekurangan saya. Doakan saya, semoga saya bisa berkontribusi bagi dunia pendidikan,” pinta Nadiem pada ketiga gurunya.

Mengenang masa lalu, mengingat dari mana ia bertemu dengan guru-guru masa kecilnya ataupun saat ia berjumpa dan berdiskusi dengan guru-guru honorer atau guru penggerak, telah menjadi pendorong untuk mewujudkan kemerdekaan dalam belajar.

“Mengenang masa lalu saya, melihat dari mana kita datang, melihat guru-guru yang menyentuh kita selama hidup kita, itulah alasan utama kami (bekerja) di Kemendikbudristek,” kata Nadiem.

“Ini adalah misi yang terpenting sekarang. Bukan misi pemerintahan tapi misi gerakan, yaitu misi Merdeka Belajar,” kata Nadiem.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home