Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 20:55 WIB | Minggu, 05 Desember 2021

Inilah Komentar Sikhulile Moyo, Penemu Varian Omicron

Foto dari Botswana-Harvard Partnership menunjukkan Dr. Sikhulile Moyo, ahli virus di Botswana Harvard AIDS Institute Partnership. (Foto: via AP)

JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM- Ilmuwan Botswana yang telah menemukan varian Omicron dari virus corona mengatakan bahwa dia berada di “rolercoaster emosi,” dengan kebanggaan pencapaian diikuti oleh kekecewaan atas larangan perjalanan yang segera diterapkan terhadap negara-negara Afrika selatan.

“Begitukah caramu menghargai sains? Dengan memasukkan negara ke daftar hitam?” kata Dr. Sikhulile Moyo, seorang ahli virus di Botswana Harvard AIDS Institute Partnership, dalam sebuah wawancara pada hari Kamis (2/12) malam dengan The Associated Press.

“Virus tidak mengenal paspor, tidak mengenal perbatasan,” tambahnya. “Kita seharusnya tidak melakukan geopolitik tentang virus... Kita harus berkolaborasi dan memahami.”

Moyo sedang melakukan pengurutan genom sampel COVID-19 di laboratoriumnya di Botswana dua pekan lalu dan melihat tiga kasus yang tampak sangat berbeda, dengan pola yang tidak biasa menunjukkan banyak mutasi. Dia terus mempelajari hasilnya dan pada awal pekan lalu, memutuskan untuk merilis data secara publik di internet.

Segera para ilmuwan di Afrika Selatan mengatakan mereka telah membuat temuan yang sama. Dan kasus yang sama juga ditemukan di Hong Kong.

Varian virus corona baru telah ditemukan, dan tak lama kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamakannya Omicron. Sekarang telah diidentifikasi di 38 negara dan terus bertambah, termasuk sebagian besar Eropa Barat dan Amerika Serikat. Dan banyak negara telah memberlakukan pembatasan penerbangan untuk mencoba menahan ancaman yang muncul.

Moyo Marah

Berbicara dari labnya di Gaborone, ibu kota Botswana, Moyo marah karena digambarkan sebagai orang yang pertama kali mengidentifikasi Omicron. “Para ilmuwan harus bekerja sama dan sindrom 'siapa yang pertama kali melakukan itu' harus dihilangkan. Kita semua harus bisa bangga bahwa kita semua berkontribusi dalam satu atau lain cara,” kata ilmuwan berusia 48 tahun itu.

Faktanya, dia mencatat bahwa varian itu ditemukan sebagai sesuatu yang sama sekali baru hanya dengan membandingkannya dengan virus lain secara online di database publik yang dibagikan oleh para ilmuwan.

“Satu-satunya cara Anda benar-benar dapat melihat bahwa Anda melihat sesuatu yang baru adalah ketika Anda membandingkan dengan jutaan urutan. Makanya disetor secara online,” katanya.

Moyo kelahiran Zimbabwe, yang juga merupakan rekan peneliti di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, ayah dari tiga anak yang sudah menikah, dan penyanyi gospel itu menyatakan bangga dengan cara dia dan rekan internasionalnya transparan tentang temuan mereka dan membunyikan alarm untuk dunia.

“Kami senang bahwa kami mungkin memberikan sinyal peringatan yang mungkin telah mencegah banyak kematian dan banyak infeksi,” katanya.

Omicron Miliki 50 Mutasi

Omicron mengejutkan para ilmuwan karena memiliki lebih dari 50 mutasi.

“Ini adalah lompatan besar dalam evolusi virus dan memiliki lebih banyak mutasi yang kami perkirakan,” kata Tulio de Oliveira, direktur Pusat Respons Epidemi dan Inovasi di Afrika Selatan, yang mengajar Moyo ketika dia mendapatkan gelar Ph.D. D. dalam virologi dari Universitas Stellenbosch Afrika Selatan.

Sedikit yang diketahui tentang varian ini, dan dunia menyaksikan dengan gugup. Tidak jelas apakah itu membuat orang lebih sakit parah atau dapat menghindari vaksin. Tetapi bukti awal menunjukkan itu mungkin lebih menular dan lebih efisien untuk menginfeksi ulang orang yang pernah menderita COVID-19.

Dalam beberapa pekan mendatang, laboratorium di seluruh dunia akan bekerja untuk mencari tahu apa yang diharapkan dari Omicron dan seberapa berbahayanya itu.

“Yang penting kolaborasi dan kontribusi,” kata Moyo. “Saya pikir kita harus menghargai kolaborasi semacam itu, karena itu akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang hebat dan kontribusi yang besar. Kami saling membutuhkan, dan itu yang paling penting.”

Afrika Selatan mengalami lonjakan jumlah infeksi yang dramatis yang mungkin disebabkan oleh Omicron. Negara ini melaporkan lebih dari 16.000 kasus COVID-19 baru pada hari Jumat (2/12), naik dari sekitar 200 kasus per hari pada pertengahan November.

Jumlah kasus Omicron yang dikonfirmasi oleh sekuensing genetik di Botswana telah berkembang menjadi 19, sementara Afrika Selatan telah mencatat lebih dari 200. Sejauh ini, sebagian besar kasus terjadi pada orang yang tidak divaksinasi.

Dorong Vaksinasi

“Saya punya banyak harapan dari data yang kami lihat, bahwa mereka yang divaksinasi harus dapat memiliki banyak perlindungan,” kata Moyo. “Kita harus berusaha mendorong sebanyak mungkin orang untuk divaksinasi.”

Moyo memperingatkan bahwa dunia “harus bercermin dan melihat diri mereka sendiri” dan memastikan 1,3 miliar orang Afrika tidak tertinggal dalam upaya vaksinasi.

Dia memuji penelitian dan investasi sebelumnya dalam memerangi HIV dan AIDS dengan membangun kapasitas di Botswana untuk melakukan pengurutan genetik. Itu memudahkan para peneliti untuk beralih bekerja pada virus corona, katanya.

Di tengah krisis COVID-19, Moyo menemukan alasan untuk optimis. “Apa yang memberi saya harapan adalah bahwa dunia sekarang berbicara dalam bahasa yang sama,” kata Moyo, menjelaskan bahwa pandemi telah melihat komitmen global baru untuk penelitian dan pengawasan ilmiah.

Dia menambahkan bahwa pandemi juga telah menjadi peringatan bagi Afrika. “Saya pikir pembuat kebijakan kami telah menyadari pentingnya sains, pentingnya penelitian,” kata Moyo.

“Saya pikir COVID telah membesar, telah membuat kita menyadari bahwa kita perlu fokus pada hal-hal yang penting dan berinvestasi dalam sistem kesehatan kita, berinvestasi dalam perawatan kesehatan utama kita.” Dia menambahkan: "Saya pikir ini adalah pelajaran besar bagi umat manusia." (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home