Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 10:07 WIB | Minggu, 07 Februari 2021

Internet Pulih Setelah 19 Bulan Ditutup di Rakhin, Myanmar

Sementara pembatasan internet dan penutupan medsos terjadi di Myanmar setelah kudeta militer.
Warga Rohingya di kamp pengunsi internal (IDP) Say Thamagyi yang terletak di pinggiran Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, Myanmar bagian barat. (Foto: dok. AFP)

YANGON, SATUHARAPAN.COM-Pemadaman internet terlama di dunia, yang mempengaruhi lebih dari satu juta orang selama 19 bulan di salah satu zona konflik etnis di Myanmar, telah berakhir, menurut operator seluler yang berbasis di wilayah tersebut dikutip AFP.

Internet di beberapa bagian negara bagian Rakhine dan Chin di Myanmar bagian utara yang bermasalah telah ditutup pada Juni 2019 menyusul perintah "darurat" yang dikeluarkan oleh departemen telekomunikasi di bawah pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi.

Setelah kudeta militer hari Senin, operator seluler Telenor Group mengonfirmasi telah memulihkan layanan penuh di delapan kota kecil di negara bagian Rakhine dan Chin pada hari Rabu (3/5). Namun di wilayah lain justru pembatasan internet dan media sosial terjadi setelah kudeta pada hari Senin (1/2).

"Telenor Group dan Telenor Myanmar telah mengadvokasi pemulihan layanan dan menekankan bahwa kebebasan berekspresi melalui akses ke layanan telekomunikasi harus dipertahankan untuk tujuan kemanusiaan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Pada hari Rabu, penduduk yang terkena dampak merrayakan untuk terhubung kembali ke dunia yang lebih luas. Khin Maung dari kotapraja Mrauk-U di Rakhine utara mengatakan koneksi internet telah kembali, tetapi lambat.

“Sekarang kami mendapatkan kembali internet. Jadi kami juga tahu tentang kudeta itu,” kata Shouban di Maungdaw, yang seperti banyak orang dari kelompok etnis Rohingya hanya menggunakan satu nama.

Human Rights Watch mengatakan pembatasan internet telah membatasi kesadaran tentang risiko kesehatan virus corona dan informasi tentang tindakan kebersihan tahun lalu.

Konflik di negara bagian Rakhine antara militer Myanmar dan Tentara Arakan, sebuah kelompok militan yang menuntut otonomi lebih besar bagi orang-orang etnis Rakhine, telah menyebabkan ratusan orang tewas atau terluka.

Pertempuran meluas ke negara bagian tetangga Chin, memaksa ribuan etnis Chin, yang sebagian besar beragama Kristen, keluar dari desa mereka dan masuk ke kamp-kamp sementara.

Wilayah itu juga dilanda oleh apa yang dikatakan PBB sebagai genosida, setelah tindakan keras militer yang brutal oleh pemerintah yang mengirim sekitar 740.000 warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh. Sebanyak 600.000 Rohingya yang tersisa hidup dalam kondisi seperti apartheid. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home