Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 16:25 WIB | Jumat, 20 Juni 2014

ISIL, Teroris Terkaya Sedunia

Kelompok ISIL dan bendera mereka. (Foto: AFP)

SATUHARAPAN.COM – Setelah merebut Mosul, kota di  Irak bagian utara, kelompok ISIL (Islamic State in Iraq and Levant/Negara Islam di Irak dan Suriah) disebut-sebut sebagai kelompok teroris terkaya di dunia dengan dana jihad diperkirakan sekitar US$ 2 miliar (Rp 24 triliun). Dari mana asal uang tersebut?

Sekitar 500 miliar Dinar atau setara dengan Rp 5 triliun lenyap dari Bank Sentral Irak cabang Mosul ketika gerilyawan ISIL merebut kota penghasil minyak tersebut. Pengamat meyakini, kelompok Islam militan itu kini mengantongi dana jihad sebesar dua miliar US Dollar. Dari mana asal uang itu hingga kini belum jelas.

Pemerintah Irak menuding Arab Saudi mendukung ISIL. “Kami mendesak Arab Saudi bertanggung jawab,” atas dukungan finansial dan moral yang didapat ISIL, kata Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Selasa (17/6).

Amerika Serikat yang juga sekutu dekat Riyadh menepis tudingan sang perdana menteri. Ucapannya itu “tidak tepat dan menghina,” kata Jen Psaki, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS di Washington.

Duit dari Teluk?

“Tidak ada bukti kuat yang melandaskan keterlibatan pemerintahan sebuah negara dalam pembentukan dan pendanaan ISIL sebagai organisasi,” kata Charles Lister, Peneliti di Brookings Doha Centre.

Sebaliknya Günter Meyer yang memimpin Pusat Kajian Arab di Universitas Mainz, Jerman, tidak meragukan adanya kucuran uang dari negeri jiran. “Sumber keuangan terbesar sejauh ini adalah negara-negara di Teluk, terutama Arab Saudi, tapi juga Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab,” kata Meyer.

Kepentingan negara-negara teluk bermazhab Sunni pada keberadaan ISIL sejatinya untuk meruntuhkan kekuasaan Presiden Basyar Assad di Suriah, lanjut Meyer. Sepertiga penduduk Suriah termasuk golongan Sunni. Sementara negeri di tepi Golan itu dipimpin oleh minoritas Syiah Alawiyah.

Peran Arab Saudi

Saat ini pemerintah Arab Saudi pun menyadari bahaya yang ia tuai. “Penduduk Arab Saudi mewakili kelompok terbesar di antara gerilyawan ISIL. Jika mereka pulang, akan muncul ancaman bahwa mereka lantas merongrong pemerintah di Riyadh,” kata Meyer.

Menurutnya aman untuk berasumsi bahwa kucuran dana dari Arab Saudi akan terus berlanjut, “bukan dari pemerintah, tapi dari penduduk yang kaya.”

Sumber dana kedua buat ISIL adalah ladang minyak di utara Suriah. “ISIL memahami untuk segera menguasai sumber rezeki ini. Mereka membawa minyak mentah ke perbatasan Turki untuk kemudian dijual,” ujar Meyer.

Senjata Berkualitas dari Pasar Internasional

Serupa dengan pendapat Charles Listeri dari Brookings Doha Center. Menurutnya ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. “ISIS berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran dana sumbangan.” Sebagai contoh ia menyebut pemerasan sistematis di Mosul.

“Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah setempat,” kata Lister. “Selain itu diduga organisasi ini mengambil uang pajak di kawasan yang dikuasainya, misalnya di Raqqa, timur laut Suriah.

ISIL, menurut Meyer, akan menggunakan uang tersebut untuk membeli persenjataan. Ketika merebut kota Mosul, kelompok teror itu juga menyita senjata dan kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat. “Dengan uang yang ada, mereka akan mudah membeli senjata berkualitas di pasar internasional.”

ISIL

Negara Islam (di) Iraq dan Suriah (Islamic State In Iraq and Syria/ISIS) menurut wikipedia.org adalah negara baru yang terbentuk akibat terjadinya perang di Irak dan Suriah. ISIS dideklarasikan pada 9 April 2013 oleh Abu Bakar Al Baghdady. Ada juga menyebut ISIL (Islamic State in Iraq and Levant)

Walaupun secara de jure belum diakui negara lain, sampai awal Maret 2014 ISIS praktis menguasai wilayah 400 ribu km2 meliputi wilayah di Irak dan Suriah. ISIS mengklaim kota Raqqa di Suriah sebagai ibu kota mereka. (dw.de/wikipedia.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home