Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:45 WIB | Kamis, 12 Agustus 2021

Israel dan Maroko Tandatangani Kesepakatan Kerja Sama

Menteri Luar Negeri Maroko, Nasser Bourita, kanan, dan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, kiri, bertukar kesepakatan kerja sama kedua negara, di Rabat, Maroko, hari Rabu (11/8). Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid sedang melakukan kunjungan resmi ke Maroko. (Foto: AP/Mosa'ab Elshamy)

RABAT, SATUHARAPAN.COM-Menteri luar negeri Israel dan Maroko pada hari Rabu (11/8) menandatangani tiga kesepakatan dalam langkah baru menuju penguatan hubungan, kurang dari setahun setelah setuju untuk menormalkan hubungan kedua negara.

Kunjungan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, pada mitranya dari Maroko, Nasser Bourita, menandatangani perjanjian layanan udara antara negara di Afrika Utara dan negara Israel dan perjanjian untuk bekerja sama di bidang budaya, olahraga dan pemuda.

Mereka juga menandatangani nota kesepahaman tentang pembentukan mekanisme konsultasi politik antara kementerian luar negeri negara mereka.

Belum jelas apakah itu akan dicakup oleh memorandum seperti itu tetapi tampaknya sesuai dengan desain yang lebih luas dari diplomasi tatap muka selama kunjungan dua hari Lapid ke Maroko. Perjalanan itu akan ditutup pada Kamis (12/8) dengan peresmian misi penghubung Israel di ibu kota Maroko, Rabat.

Kunjungan Lapid adalah yang pertama ke negara itu oleh seorang menteri Israel sejak 2003, dan pertemuan pertama di Maroko sejak “Abraham Accords” yang ditengahi Amerika Serikat dengan empat negara Arab: Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Sebuah pernyataan dari menteri luar negeri Israel mengatakan perjanjian, “akan membawa inovasi dan peluang negara kita untuk kepentingan anak-anak kita dan anak-anak mereka, untuk tahun-tahun mendatang.''

Israel dan Maroko sedang mengajar anak-anak tentang “kekuatan harapan” di duni yang telah menyusut,'' kata pernyataan Lapid. Dia dijadwalkan menjadi perdana menteri pada 2023 di bawah pemerintahan koalisi delapan partai Israel.

Komunitas Yahudi di Maroko

Israel dan Maroko memiliki sejarah panjang hubungan formal dan informal. Banyak orang Israel memiliki garis keturunan yang berasal dari Maroko, yang masih menjadi rumah bagi komunitas kecil yang terdiri dari beberapa ribu orang Yahudi.

Menteri Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Israel, Meir Cohen, bagian dari delegasi, lahir di Essaouira, di pantai Atlantik. “Baginya ini adalah kepulangan,'' kata Lapid dalam pernyataannya, dan di masa depan orang Israel “tidak akan bepergian ke sini sebagai turis, mereka akan bepergian sebagai keluarga, untuk menjelajahi warisan dan kenangan mereka.''

Israel dan Maroko memiliki hubungan diplomatik tingkat rendah pada 1990-an, tetapi Maroko memutuskannya setelah pemberontakan Palestina kedua meletus pada 2000. Kedua negara mempertahankan hubungan informal, dengan ribuan orang Israel bepergian ke Maroko setiap tahun.

Sebagai bagian dari kesepakatan untuk membangun hubungan formal dengan Israel, Amerika Serikat setuju untuk mengakui klaim Maroko atas wilayah Sahara Barat yang telah lama disengketakan, meskipun pemerintahan Biden mengatakan akan meninjau keputusan itu. Pencaplokan Sahara Barat oleh Maroko pada tahun 1975 tidak diakui oleh PBB.

Hubungan dengan Bahrain

Kunjungan itu dilakukan saat Israel menunjukkan bukti lain dari kesepakatan tersebut. Seorang pejabat senior Bahrain mengunjungi Israel pekan ini, di mana ia bertemu dengan seorang jenderal Israel dan pejabat lainnya.

Sheikh Abdulla bin Ahmed Al Khalifa, wakil menteri untuk urusan politik di Kementerian Luar Negeri Bahrain, menghadiri upacara penandatanganan pada hari Rabu untuk kemitraan antara Institut Abba Eban untuk Diplomasi Internasional Israel dan lembaga pemikir, Derasat, di negara Teluk itu.

“Setahun yang lalu, tidak ada apa-apa di antara kedua negara kami. Hari ini, kami telah menempuh perjalanan yang sangat jauh,'' kata syekh. ''Kami dapat dengan yakin mengatakan bahwa kami memiliki dasar yang kuat untuk mengembangkan hubungan bilateral ini.''

Israel dan negara-negara Teluk telah diam-diam meningkatkan hubungan selama bertahun-tahun ketika mereka mulai memandang Iran sebagai ancaman bersama.

“Kami menandatangani ini (memorandum of understanding) pada saat kepentingan keamanan bersama kami kembali menjadi pusat perhatian,'' kata Ron Prosor, kepala Abba Eban Institute dan mantan duta besar Israel untuk PBB. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home