Israel Sebut Nama-nama Hamas Yang Jadi Sasaran Serangan di Fasilitas UNRWA
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel pada hari Kamis (12/9) menyebut nama sembilan orang sebagai militan Hamas yang tewas dalam serangan udara Gaza yang menurut badan pengungsi Palestina PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), UNRWA, telah menewaskan enam stafnya.
Militer mengatakan tiga dari pria Hamas itu bekerja ganda sebagai pekerja UNRWA. Reuters tidak dapat memverifikasi identitas mereka secara independen. Tidak ada komentar langsung dari Hamas.
UNRWA mengatakan enam staf tewas dalam dua serangan udara yang menghantam sebuah sekolah di Gaza tengah pada hari Rabu (11/9), jumlah korban tewas tertinggi di antara stafnya dalam satu insiden.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, pada hari Kamis (12/9) mengutuk serangan tersebut, kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, seraya menambahkan bahwa serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk staf UNRWA, perempuan, dan anak-anak. Ia mengatakan jumlah total staf UNRWA yang tewas dalam konflik tersebut menjadi 220 orang.
"Insiden ini harus diselidiki secara independen dan menyeluruh untuk memastikan akuntabilitas," kata Dujarric. "Kurangnya perlindungan yang efektif bagi warga sipil di Gaza tidak dapat diterima."
UNRWA mengatakan kompleks sekolah di Gaza tengah telah berfungsi sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengungsi. Militer Israel mengatakan tempat itu juga digunakan oleh militan Hamas.
Guterres menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari menggunakan sekolah, tempat penampungan, atau area di sekitarnya untuk tujuan militer, kata Dujarric.
Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma, mengatakan pada hari Kamis (12/9) bahwa otoritas Israel belum meminta daftar staf yang tewas dalam serangan terhadap sekolah tersebut kepada badan tersebut. Militer Israel mengatakan telah mengajukan permintaan tersebut.
"Nama-nama yang muncul pada pernyataan hari ini dari Angkatan Darat Israel belum pernah dilaporkan kepada kami oleh otoritas Israel pada kesempatan sebelumnya sebelum hari ini," kata Touma.
Militer Israel mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko bahaya bagi warga sipil di Gaza saat memerangi militan yang menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng manusia. Hamas membantahnya.
Perang Gaza dipicu pada 7 Oktober ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan daerah kantong itu.
Seorang juru bicara badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan sangat memprihatinkan bahwa tentara Israel terus menargetkan sekolah yang sama meskipun badan tersebut terus berkoordinasi dengan mereka.
Serangan udara Israel menghantam sekolah al-Jawni di Nuseirat di Gaza tengah pada hari Rabu, dengan badan pertahanan sipil wilayah tersebut melaporkan bahwa 18 orang tewas, termasuk staf PBB.
Dalam sebuah wawancara di W News yang dipresentasikan oleh Rosanna Lockwood, juru bicara Adnan Abu-Hasna mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya tentara Israel menargetkan sekolah khusus ini, meskipun UNRWA terus berkoordinasi dengan mereka. "Semua koordinat dikirim dua kali sehari ke tentara Israel," katanya.
Juru bicara UNRWA mengatakan bahwa sekolah tersebut telah menjadi sasaran empat kali sebelumnya.
Menurut juru bicara tersebut, organisasinya telah mengelola sekolah tersebut, menambahkan bahwa enam dari mereka yang tewas dalam serangan Israel pada hari Rabu adalah rekannya.
Menampung 12.000 orang terlantar dari seluruh Jalur Gaza, sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan tersebut dikelola oleh tim UNRWA. Manajer yang mengawasi administrasi tempat penampungan, dan terbunuh dalam serangan Israel, dulunya adalah seorang kepala sekolah sebelum perang, Abu-Hasna mengatakan.
Lima staf UNRWA lainnya terbunuh. Tiga di antara mereka membantu manajer, dan yang lainnya mencari perlindungan di tempat penampungan. "Kami tidak pernah merasakan apa yang kami rasakan sekarang... karena target dan penembakan dan penembakan, ada di mana-mana. Dan Anda bisa terbunuh kapan saja," tambahnya.
Tidak ada tempat 'untuk melarikan diri' di Gaza Juru bicara itu mengatakan bahwa ia berharap ada gencatan senjata di Gaza karena pada dasarnya tidak ada tempat yang aman bagi warga Gaza untuk pergi. "Kita harus memiliki harapan. Kami berharap ada gencatan senjata. ...Ini benar-benar neraka. Tidak ada tempat. Tidak ada tempat di Gaza untuk melarikan diri," kata Abu-Hasna. (Reuters/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...