Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 22:18 WIB | Kamis, 29 Desember 2016

Ivanka Trump Dikritik karena Gaun Buatan Indonesia

Ivanka Trump (Foto: teenvogue.com)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Ivanka Trump, putri presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump,  diketahui memproduksi dan mendatangkan pakaian-pakaian dari sejumlah negara, termasuk Indonesia, untuk bisnis pakaian bermerek memakai namanya sendiri.

Bagi Indonesia barangkali hal ini dapat dipandang sebagai promosi komoditas ekspor garmen. Namun, hal sebaliknya bagi warga AS  yang mengangkat isu ini. Mereka justru menggunakan fakta ini untuk menghantam Donald Trump, yang selama masa kampanye, mengeritik perusahaan-perusahaan AS yang memproduksi barang-barang mereka di luar negeri dan menyerukan memindahkan pabrik ke AS.

Para penentang Trump menunjukkan bukti-bukti bahwa selama musim pemilu, pakaian-pakaian yang diproduksi untuk bisnis pakaian bermerek (clothing line)  Donald Trump dan putrinya, dibuat di negara-negara seperti Bangladesh dan Tiongkok. Sementara itu The New York Times hari ini (29/12) kembali melaporkan bahwa beberapa produk clothing line Ivanka diproduksi di sejumlah negara Asia. Pada tahun 2016 saja, setidaknya ada 193 pengiriman barang impor untuk merek Ivanka Trump, menurut penelusuran New York Times atas  database perdagangan ImporGenius. Sebuah penelusuran atas dokumen keuangan dari G-III Apparel Group, mengungkapkan bahwa gaun dan blus Ivanka dibuat di Tiongkok, Indonesia, dan Vietnam.

Sesungguhnya praktik seperti ini bukan hal istimewa dalam bisnis pakaian. Sebagian besar perusahaan-perusahaan pemegang merek busana di negara maju memproduksi produknya di luar negeri dengan sejumlah alasan, termasuk untuk mendapatkan margin keuntungan yang lebih besar.

Yang  menjadi aneh adalah, menurut teenvogue.com yang mengangkat masalah ini,  Donald Trump dengan bersemangat mengobarkan perlawanan terhadap praktik semacam ini di masa kampanye yang lalu. Visi Trump, seperti diuraikan di situs web-nya, adalah untuk "menegosiasikan kesepakatan dagang yang adil yang menciptakan lapangan kerja rakyat AS, meningkatkan upah rakyat AS, dan mengurangi defisit perdagangan AS."

Berlawanan dengan seruan untuk menciptakan lapangan kerja di AS, seperti yang ditunjukkan oleh New York Times, merek Ivanka Trump justru melakukan apa yang oleh ayahnya dipandang salah dan ingin dihentikan. Bahkan selama masa kampanye, produk Donald Trump sendiri - termasuk jas dan dasi - ternyata diproduksi di Tiongkok, persis saat dia dengan tegas berjanji kepada pemilih akan melindungi lapangan pekerjaan rakyat AS.

Kritik lebih jauh mengatakan bahwa pabrik yang memproduksi dasi Trump di Shengzhou, mempekerjakan karyawan dengan kondisi memprihatinkan di bawah peraturan yang keras. Mereka bekerja di ruang yang sempit dengan upah yang rendah. Mereka jadi objek penggeledahan secara berkala dengan fasiitas kerja yang minim, termasuk kurangnya waktu libur dan cuti sakit.

Ivanka Trump sampai saat ini belum memberi komentar apakah ia akan memindahkan pabrik pakaian perusahaannya ke AS, seperti seruan kampanye ayahnya. Namun, tanpa adanya masalah ini pun, menurut teenvogue.com,  ia telah menjadi sorotan di AS terutama terkait dengan soal-soal etis dalam caranya menjalankan bisnisnya.

Ivanka Trump digadang-gadang akan memainkan peran sebagai first lady. Dan muncul pertanyaan etis sejauh mana ia akan dapat membatasi diri sehingga peran itu tidak berbenturan dengan kepentingan bisnisnya.

Bulan lalu Ivanka menjadi sasaran kritik ketika Fine Jewelry, merek yang dikelola oleh perusahaannya, memasarkan gelang yang dipakainya pada saat diwawancara di acara 60 Minutes dengan harga US$ 10.800. Belum lama ini, ia juga dikritik melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dan pada saat yang sama, perusahaannya sedang menegosiasikan kesepakatan lisensi dengan sebuah perusahaan yang memiliki keterkaitan penting dengan pemerintah Jepang.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home