Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 12:01 WIB | Kamis, 22 September 2016

Jalak Putih, Burung Endemik Berstatus Kritis

Jalak putih (Sturnus melanopterus). (Foto: animalia-life.com)

SATUHARAPAN.COM – Burung yang satu ini dikenal dengan nama jalak putih. Sebagian lagi menyebutnya beo sayap-hitam, atau ada juga yang menyebutnya jalak dada-putih.

Sepintas sosoknya memang mengingatkan pada jalak bali yang sangat terkenal kecantikannya. Bedanya, jika bagian sekitar mata jalak bali berwarna biru, pada jalak putih bagian itu berwarna kuning.  

Jalak putih merupakan burung endemik Indonesia, dengan habitat Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara Barat. Burung yang dilindungi dalam PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta tertuang dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1994 ini dinyatakan berstatus kritis atau “critically endangered” oleh IUCN.

IUCN, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/Uni Internasional untuk Konservasi Alam (kadang-kadang disebut dengan World Conservation Union), adalah organisasi internasional yang didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. Badan ini didirikan pada 1948 dan berpusat di Gland, Swiss. IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735 organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. Tujuan IUCN adalah untuk membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam.

Keberadaan jalak putih semakin terancam oleh hilangnya habitat serta maraknya perburuan liar.

Pada 11 Juni 2016, dalam rangkaian Pekan Lingkungan Hidup Internasional, Taman Safari Indonesia, Cisarua, melepasliarkan 40 jalak putih, dihadiri Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya Bakar.

Program hasil kerja sama Taman Safari Indonesia dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ZGAP (Zoologische Gesellschaft für Arten- und Populationsschutz), Kölner Zoo, Yayasan KASI (Konservasi Alam Satwa Indonesia), Burung Indonesia, serta masyarakat sekitar itu, seperti dikutip dari situs resmi bogor.tamansafari.com, bertujuan untuk mengembalikan serta meningkatkan populasi jalak putih di alam.

Selain pengembangbiakkan jalak putih dan kajian habitat, sebelum pelepasliaran telah dilakukan sosialisasi bekerja sama dengan BKSDA Bogor dan pengelola Taman Nasional (TN) Gunung Gede Pangrango ke masyarakat di lima desa dari dua kecamatan, serta institusi pendidikan di sekitar Taman Safari Indonesia.

Tony Sumampau, Direktur Taman Safari Indonesia, yang juga ketua panitia program pelepasliaran, menyampaikan peran masyarakat sekitar sangatlah penting terutama setelah jalak putih dilepasliarkan. Mereka pun telah berkomitmen untuk ikut serta menjaga satwa itu. Sedangkan sosialisasi ke institusi pendidikan bertujuan untuk mengenalkan jalak putih sekaligus membangun kesadaran serta menanamkan rasa cinta kepada satwa dan alam dari usia dini.

Dapat Dilatih Mengucapkan Kata-kata

Jalak putih adalah spesies jalak yang termasuk dalam familia Sturnidae. Nama ilmiahnya Acridotheres melanopterus, nama yang diberikan oleh Francois Marie Daudin, ahli zoologi Prancis, pada 1800, namun kemudian lebih dikenal melalui nama sinonimnya, Sturnus melanopterus.

Mengutip dari Wikipedia, jalak putih berukuran sedang (23 cm), berwarna hitam dan putih. Tubuhnya yang didominasi warna putih menyebabkannya disebut jalak bodas dalam bahasa Sunda. Warna hitam terdapat di ujung sayap dan ekornya. Dalam bahasa Inggris, burung ini disebut black-winged myna, atau white-breasted starling.

Jalak putih berpenampilan gagah, berparuh tajam, kuat, dan lurus. Kakinya panjang sebanding dengan tubuhnya. Jalak putih bersuara ribut, berceloteh keras, dan terkadang meniru suara burung lainnya, bakan menirukan suara binatang lain seperti anjing dan kucing. Walaupun tidak sepintar burung beo, jalak putih dapat dilatih untuk mengucapkan beberapa kata.

Burung jantan dan burung betina dapat dibedakan dari ukuran kepala, yang pada burung jantan berukuran lebih besar dibandingkan ukuran betina. Selain itu, volume suaranya lebih keras dan lebih rajin berkicau.

Habitat burung jalak putih ini adalah di hutan-hutan kering, hutan sekunder terbuka, padang terbuka, padang rumput, hingga ketinggian 2.400 meter di atas permukan air laut. Pakannya buah-buahan, madu, dan serangga.

Burung ini biasanya berkumpul dalam kelompok kecil 4-5 ekor dan terkadang berpasangan pada saat musim kawin, seperti ditulis Ali Kenari dalam mediaronggolawe.com. Sedangkan dalam berkembang-biak, burung ini suka bersarang di lubang-lubang pohon tinggi dan menghasilkan dua-tiga ekor anakan.

Walaupun burung ini tidak termasuk ke dalam jenis burung yang suka dikonteskan, akan tetapi jalak putih sangat diminati berbagai kalangan dan dijadikan burung peliharaan favorit.  Di pasaran, harga per pasang jantan dan betina yang bersertifikat murni, bervariasi, mulai dari Rp 2 juta (usia 3 bulan), Rp 3 juta (remaja), hingga Rp 5 juta (dewasa).   

Sebenarnya, terdapat beberapa jenis jalak putih di pasaran yang dibedakan dari asal daerah burung tersebut, seperti “tricolor” yang berasal dari habitat Jawa Timur bagian selatan, dan “tertius” untuk yang berasal dari Bali dan Lombok. Namun, jalak putih asal Jawa Timur lebih diminati karena bulunya lebih bersih dan ukuran badannya cukup besar.

Angin segar berembus, di tengah-tengah status kelangkaannya, selain Taman Safari Indonesia, beberapa pusat pembiakan burung (birdfarm) sudah berhasil membiakkan jalak putih ini.

 

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home