Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 17:18 WIB | Sabtu, 18 Juni 2016

Jerman Peringatkan Pidato Radikal dalam Debat Brexit

Ilustrasi: Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Jumat (17/6) mendesak politikus Inggris untuk melunakkan komentar yang digunakan dalam kampanye mereka menjelang referendum Brexit, setelah seorang anggota parlemen terkenal pro-Eropa dibunuh. (Foto: Dok. satuharapan.com)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Jumat (17/6) mendesak politikus Inggris untuk melunakkan komentar yang digunakan dalam kampanye mereka menjelang referendum Inggris terkait keanggotaannya di Uni Eropa (Brexit), setelah seorang anggota parlemen terkenal pro-Eropa dibunuh.

“Sikap berlebihan dan radikal dari bagian komentar tidak membantu untuk menciptakan suasana saling menghormati,” katanya, sebagai tanggapan atas masalah terkait pembunuhan anggota parlemen Inggris Jo Cox.

“Maka dari itu kita semua menghargai aturan demokratis. Dan kami mengetahui betapa pentingnya untuk membuat batasan, baik dalam pemilihan pidato dan argumen, namun juga dalam pemilihan sebagian argumen yang meremehkan,” katanya, seraya menyerukan untuk menghormati pendirian pihak lainnya.

“Sebaliknya sikap radikal akan menjadi tidak terbendung,” seperti diperingatkan pemimpin Jerman tersebut.

Kampanye hari kedua untuk referendum Brexit pada 23 Juni dihentikan sementara pada hari Jumat saat negara itu berupaya bangkit dari insiden pembunuhan tersebut.

Brexit Akhir dari Era Uni Eropa

Sementara itu, Menteri Ekonomi Prancis Emmanuel Macron, pada hari Jumat (17/6) menilai Brexit menandai berakhirnya era sebuah blok yang sudah kehilangan arah politiknya.“Saya percaya dengan Eropa tapi jika itu diatur ulang,” kata Macron kepada radio RTL.

“Ini akhir dari sebuah Eropa ultraliberal yang sudah kehilangan arah politiknya,” ujar Macron. “Proyek Eropa bukan hanya menjadi sistem penghapusan aturan.”

Dia mengatakan inti dari perdebatan Inggris yaitu mengkaji efek kebijakan ultraliberal “yang dipaksakan kepada kita”.

“Masalahnya bukan apakah kita bisa lebih kompetitif, jika kita membuka pasar ini dan itu, tapi apakah kita bisa sukses untuk hidup lebih baik bersama-sama,” kata mantan banker Rothschild berusia 38 tahun itu.

Dan meskipun Macron mengatakan orang-orang seharusnya memberikan suara terkait masa depan Eropa, dia merasa bahwa referendum pada 23 Juni “berbahaya” dan Inggris “mempertaruhkan seluruh Uni Eropa”.

Menteri yang suka bicara blak-blakan itu mengatakan jika Inggris memilih keluar, UE harus “bertindak secepat mungkin untuk mengindari negara-negara lain mengambil langkah serupa.” (AFP/Ant)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home