Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:35 WIB | Rabu, 13 Juni 2018

Jerman Rasa Indonesia: Festival Gamelan Munchen 2018

Ilustrasi. Kelompok musik Bali dari Balagita Universitas Graz - Austria, memainkan gamelan Baleganjur pada pembukaan "Internationales Gamelan Musikfestival München" pada Jumat (8/6) (Foto: de.com)

MUNCHEN, SATUHARAPAN.COM – Untuk pertama kalinya, Museum Kota Munchen atau Munchner Stadtmuseum didukung oleh Pemerintah Kota Munchen, menyelenggarakan festival musik gamelan internasional yang berlangsung selama 10 hari (8 -17 Juni 2018).

Sekitar 20 kelompok musik gamelan Jawa dan Bali asal Eropa, ditambah beberapa kelompok gamelan asal Indonesia hadir di festival itu. Sejumlah 300 pemusik atau penabuh gamelan dan penari asal Jerman, Austria, Prancis, Spanyol, Belanda, Inggris, menampilkan 40 pertunjukan dan 28 workshop musik.

Kelompok kelompok gamelan itu juga menggunakan instrumen gamelan Jawa dan Bali koleksi Munchner Stadtmuseum. Aransemen yang dibawakan pun beragam dari klasik, modern hingga fusion jazz.

Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno, dalam sambutan pembukaan, berharap agar festival gamelan internasional ini di masa depan dapat dilaksanakan secara reguler.

Tari Janger diiringi gamelan oleh kelompok Puspa Githa Pertiwi dari Berlin, menjadi pertunjukan yang digelar pada hari pembukaan "Internationales Gamelan Musikfestival München" pada Jumat (8/6). Kelompok Puspa Githa Pertiwi menggunakan Rumah Budaya Indonesia di Berlin sebagai tempat latihan gamelan.

Parade gamelan Bali atau Baleganjur mengawali festival di hari pembukaan dan hari kedua. Baleganjur ini dibawakan oleh kelompok Balagita dari Universitas Graz, Austria, yang terdiri atas 19 mahasiswa dan dosen jurusan ethnomusicology. Mereka bermain gamelan dan berjalan kaki sejauh1,8 km, menuju lokasi festival gamelan internasional yaitu Munchner Stadtmuseum, Museum Kota Munchen

Pemimpin Balagita Universitas Graz - Austria, Ass Prof Dr phil MA Kendra Stepputat, mengatakan belum banyak orang di Austria yang mengenal musik Bali. Balagita pun hanya memainkan gamelan Baleganjur, dengan keterbatasan alat-alat yang mereka miliki.

Kelompok Gamelan Salukat dengan 21 penabuh gamelan dan 3 penari, khusus didatangkan dari Pengosekan Bali, untuk ambil bagian pada Festival Gamelan Munchen 2018. Kelompok ini membawakan aransemen klasik, aransemen Gamelan Kebyar karya Regog dan aransemen kontemporer dari komposer musik Bali Dewa Ketut Alit, yang juga pemimpin kelompok ini. Mereka juga bawakan tarian Bali kreasi modern

Kelompok Gong Puspawarna asal Paris, Prancis terdiri atas 17 penabuh dan tiga penari, membawakan lima aransemen klasik dan modern. Aransemen klasik yang dibawakan adalah pengiring Tari Legong Keraton. Tarian ini dibawakan gemulai oleh tiga penari asal Indonesia, Jepang dan seorang mantan peserta program beasiswa Darmasiswa Kemdikbud RI asal Meksiko.

Pemimpin Gong Puspawarna, Theo Marigeau, mengatakan mereka berlatih amat keras jelang penampilan di festival ini.

Mereka menggunakan koleksi gamelan KBRI Paris, yang selalu mendukung dengan menyediakan tempat bahkan melengkapi alat-alat gamelan. Theo Marigeau berharap festival gamelan seperti ini dapat dilaksanakan secara reguler. (dw.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home