Jika Trump Menang, AS Akui Yerusalem Ibu Kota Penuh Israel
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Trump Tower, di New York, 25 September, mengatakan negaranya akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel jika dirinya terpilih, suatu potensi pergeseran dramatis politik luar negeri AS jika benar terjadi.
Adanya janji Trump ini dikemukakan tim kampanyenya, sebagaimana dilansir dari huffingtonpost.com.
Selama pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam itu, Trump mengatakan kepada Netanyahu bahwa di bawah pemerintahannya, AS akan "mengakui Yerusalem sebagai ibukota penuh dan tak terbagi dari Negara Israel."
Selama ini, walaupun Israel menyebut Yerusalem sebagai ibu kotanya, hanya sedikit negara yang mengakui hal itu, termasuk AS. Sebagian besar negara-negara di dunia menempatkan kedutaan besarnya di Tel Aviv.
AS dan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa tak mengakui aneksasi Israel atas Yerusalem Timur pada 1967 dan menganggap status akhir Yerusalem sebagai isu kunci yang harus diselesaikan dalam negosiasi damai dengan Palestina.
Pada bulan Oktober 1995, Kongres AS mengeluarkan UU yang menyerukan Yerusalem sepenuhnya diakui sebagai ibu kota Israel. Dalam kaitan itu, Kongres juga mengesahkan pendanaan untuk memindah kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Namun hingga saat ini belum ada presiden AS yang mewujudkan seruan itu.
Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara mereka dan bermaksud mendirikannya bersama dengan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Selama pertemuan tertutup itu, tim kampanye Trump mengatakan bahwa Trump sepakat dengan Netanyahu bahwa perdamaian di Timur Tengah hanya bisa dicapai bila "Palestina meninggalkan kebencian dan kekerasan dan menerima Israel sebagai Negara Yahudi."
Menurut notula pertemuan yang dibaca oleh tim kampanye Trump, Trump dan Netanyahu membahas panjang lebar hal-hal seperti pagar perbatasan Israel, yang oleh Trump dibandingkan dengan kebijakan imigrasinya yang kontroversial, termasuk membangun tembok perbatasan AS dan Meksiko dan pelarangan sementara Muslim memasuki negara itu.
Isu-isu regional lainnya yang dibahas adalah perang melawan ISIS, bantuan militer AS terhadap Israel dan kesepakatan nuklir Iran yang baik Trump maupun Netanyahu mengeritiknya.
Editor : Eben E. Siadari
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...