Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:08 WIB | Kamis, 04 Oktober 2018

Jogja International Batik Biennale 2018 Dibuka

Yogyakarta Menuju Kota Batik Dunia
Jogja International Batik Biennale 2018 Dibuka
Kain batik yang dikenakan oleh Raja (Sri Sultan Hamengkubuwana) dengan motif Parang Rusak Seling Pamor Naga koleksi Kraton Yogyakarta dalam pameran batik JIBB 2018 di Pagelaran Kraton Yogyakarta. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Jogja International Batik Biennale 2018 Dibuka
Presiden WCC Ghada Hijawi Qaddumi menorehkan malam (lengreng) pada selembar kain bahan batik didampingi Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy (berpeci), dan Menteri Koperasi dan UKM RI Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga pada pembukaan JIBB 2018 di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Rabu (3/10) siang.
Jogja International Batik Biennale 2018 Dibuka
Ketua Dekranasda DIY GKR Hemas membatik on the spots pada pembukaan JIBB 2018.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bertempat di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2018 dengan mengambil tema Innovation for Sustainable Future secara resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mewakili Presiden RI Joko Widodo, Rabu (3/10) siang.

Gubernur Pemda DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwana X menjelaskan JIBB 2018 sebagai tantangan bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia untuk bersama-sama mencintai,  mengembangkan batik di masa datang agar semakin bisa tersebar luas.

"Sebagai produk inovasi, rancangan batik dituntut mampu menerobos fashion style dunia. Sebagai produk tradisi, (batik) harus tetap mengekspresikan identitas bangsa yang bersifat unik, otentik, dan orisinal, serta alami yang mampu menjamin sustainabilitas kelestariannya bagi masa depan," jelas Sri Sultan HB X dalam sambutannya.

Dengan memperhatikan nilai sejarah, keaslian, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, reputasi internasional, serta tersebar luas, pada 18 Oktober 2014 Yogyakarta ditetapkan sebagai "Kota Batik Dunia" oleh World Craft Council.

Dalam sambutan pembukaan JIBB 2018 yang dibacakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Presiden RI Joko Widodo menjelaskan perjalanan batik menjadi warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage-ICH) adalah perjuangan panjang bangsa Indonesia. Pada tahun 2008 Pemerintah Indonesia mengusulkan batik untuk masuk dalam daftar warisan tak benda dunia  UNESCO sebagai upaya pemerintah untuk melindungi dan mengembangkan batik. Melalui sidang tahunan ICH UNESCO keempat tanggal 2 Oktober 2009 Sekretariat Budaya Tak Benda ICH-UNESCO telah mengukuhkan batik dalam kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity

Selanjutnya tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Hari Batik Nasional. Sebagi motif hias pada kain, batik sudah dikenal masyarakat di nusantara sejak abad IX pada masa kerajaan Mataram Kuna yang berkembang di Jawa Tengah. Hal ini bisa dilihat dari tinggalan arkeologis yang berasal dari masa itu yang menjadi koleksi di museum-museum baik di Indonesia maupun di luar negeri. Arca-arca (pada museum itu atau pada candi-candi) biasanya menggunakan kain dengan motif batik ceplok kembang/bunga atau ceplok kawung yang masih dikenal hingga saat ini. 

Sejak proses kelahiran seorang anak hingga kematiannya batik menjadi life cycle masyarakat. Batik Indonesia memiliki motif yang sarat makna, berhubungan dengan status sosial, kehidupan masyarakat, alam, sejarah, dan budaya-tradisi yang digambarkan dalam tanaman, binatang, dan bentuk-bentuk geometris lainnya. 

Batik akan terus menemukan inovasi-inovasinya, untuk terus menjadi bagian kemajuan bangsa maupun dunia. Dengan batik tidak pernah kenal berhenti untuk berkreasi, berinovasi, dan akan terus beradaptasi dengan perkembangan jaman.

Setelah batik, pemerintah sedang mengusulkan kekayaan warisan budaya tak benda Indonesia menjadi warisan budaya tak benda dunia.

"Tahun ini kita putuskan bahwa gamelan kita usulkan ke ICH-UNESCO menjadi warisan budaya tak benda dunia," kata Muhadjir Effendy dalam penutup sambutannya.

Rangkaian Acara JIBB 2018

  1. Pameran (2-6 Oktober)
  2. Batik klasik dan koleksi Kraton Nusantara di Pagelaran Kraton Yogyakarta
  3. Bazaar batik di Benteng Vredeburg
  4. Eksibisi batik Indonesia, batik fashion, dan batik identitas di Taman Budaya Yogyakarta
  5. Pameran daur hidup, batik filosofi, dan batik dalam kehidupan di Museum Sonobudoyo
  6. Pameran Batik dalam seni rupa di Jogja Gallery
  7. Pameran Batik sebagai elemen interior dan desain produk di Museum BI
  8. Simposium Nasional dan Internasional (2-3 Oktober)
  9. Workshop pewarnaan alami (5-6 Oktober)
  10. Heritage tour (4 Oktober) di Gedangsari-Gunungkidul
  11. Fashion show (3-6 Oktober) di Pagelaran Kraton Yogyakarta
  12. Karnaval JIBB 2018 (6 Oktober) di sepanjang Jalan Malioboro-Titik Nol Km Yogyakarta.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home