Loading...
EKONOMI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:43 WIB | Selasa, 05 April 2016

Jokowi: Harga Semen dan Bensin di Papua Barat Kok Mahal?

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimulyono (kanan), Gubernur Maluku Said Assagaff (kedua dari kiri) dan Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Michael Wattimena (kiri) memukul tifa saat meresmikan Jembatan Merah Putih di Ambon, Maluku, Senin (4/4). Jembatan tersebut merupakan jembatan terpanjang di Indonesia Timur dengan jarak sepanjang 1.140 meter. (Foto: Antara/Izaac Mulyawan)

PAPUA BARAT, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo bingung dengan harga semen dan bensin di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Kebingungan itu ditunjukkan Jokowi saat bertemu warga setempat menjelang peresmian Pelabuhan Laut Wasior, hari Selasa (5/4).

‎Menurut keterangan tertulis yang diterima satuharapan.com dari Tim Komunikasi Presiden, Sukardi Rinakit, di Jakarta, hari Selasa (5/4), Jokowi sempat bertanya kepada warga terkait harga semen dan bensin di sekitar wilayah Kabupaten Teluk Wondama.

Warga pun menjawab harga semen 80 ribu rupiah, sementara bensin sekitar 12 ribu rupiah.

Mendengar jawaban warga itu, Jokowi kaget dan kembali bertanya‎, "Kok mahal ya?"

‎Dia pun menjelaskan, pengecekan kondisi yang terjadi di masyarakat merupakan bagian dari tugasnya.

"Harus diselesaikan kalau ada masalah. Kalau ada yang salah harus diluruskan. Itulah perlunya turun ke bawah atau lapangan," kata Jokowi.

Krisis Listrik

Saat akan meresmikan Pelabuhan Wasior, warga yang hadir di acara tersebut berteriak, "Lampu...lampu...lampu". Presiden balik bertanya kepada warga, "Lampu? Listrik maksudnya. Hampir semua provinsi mengalami masalah krisis listrik," kata Jokowi

Krisis listrik terjadi karena adanya keterlambatan membangun pembangkit listrik. "Hampir di semua provinsi ada yang sehari byar-pet delapan kali, empat kali, tiga kali. Nanti saya bicarakan dengan Bapak Bupati," ucap Jokowi.

Bandara Baru Teluk Wondama

Di awal sambutannya, Jokowi menyampaikan rasa senangnya berada di Teluk Wondama. Terlebih lagi ketika menerima sapaan masyarakat di Pelabuhan Wasior yang ramah. "Tadi di jalan bersalaman sangat hangat, sampai diguncang-guncang tangan saya," kata Presiden yang disambuk tepuk tangan para undangan.

Sebelum Presiden menyampaikan sambutan, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melaporkan bahwa Bandara Margono, Kabupaten Teluk Wondama, hanya memiliki runway sepanjang 600 meter dan tidak dapat diperpanjang lagi.

Mendengarkan laporan Jonan, Jokowi memutuskan untuk membangun bandara dengan runway yang panjang. "Tapi tugasnya gubernur dan bupati menyiapkan lahan. Tahun depan airport dibangun," ucapnya.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, mengatakan bahwa Pelabuhan Wasior semula dibangun untuk menjadi pelabuhan rakyat. Sejak tahun 2010 diperbaiki hingga tahun lalu dan kini telah menjadi pelabuhan yang memiliki fasilitas cukup baik. "Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang penting untuk melayani wilayah di sekitar Kabupaten Teluk Wondama dan telah menjadi bagian dari kapal tol laut," ujar Jonan.

Turut hadir mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus Attururi.

Pelabuhan Wasior menempati lahan seluas 55.718 meter persegi dengan status Hak Pakai. Pelabuhan Wasior merupakan pelabuhan pengumpul dalam hierarki pelabuhan laut. Pembangunan fasilitas di pelabuhan Wasior meliputi dermaga seluas 174x10 meter persegi, Trestle I seluas 48x8 meter persegi, Trestle II seluas 47x8  meter persegi, Causeway I seluas 160x6  meter persegi, Causeway II seluas 127x8 meter persegi dan reklamasi 12.500 meter persegi.

Pelabuhan Wasior dapat disandari kapal hingga 3.500 DWT dengan faceline dermaga -10 mLWS. Selain itu terdapat pembangunan fasilitas darat seperti kantor, terminal penumpang, pos jaga, rumah pompa, genset, gudang seluas 15x40 meter persegi, dan lapangan penumpukan seluas 10.000 meter persegi.‎

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home