Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 18:29 WIB | Rabu, 26 Oktober 2016

Kakatua Hitam, Burung Gagah Incaran Perburuan

Kakatua Hitam, Burung Gagah Incaran Perburuan
Kakatua hitam (Probosciger aterrimus, Gmelin). (Foto: Wikipedia)
Kakatua Hitam, Burung Gagah Incaran Perburuan
Berfoto dengan kakatua hitam jinak di Planimals yang berlangsung di La Piazza, Sentra Kelapa Gading, 16 Oktober 2016. (Foto: Sotyati)

SATUHARAPAN.COM –  Berfoto dengan burung jinak menjadi salah satu daya tarik pengunjung pameran fauna dan flora, Planimals, yang berlangsung di area L5, L6, dan La Passagio di pusat gaya hidup La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara, 23 September - 16 Oktober lalu. Pengunjung dapat berfoto dengan aneka satwa jinak dengan membayar Rp 10.000. Di antaranya, bergambar bersama kakatua hitam jinak.

Tersirat dari namanya, kakatua itu berwarna hitam keabu-abuan, termasuk paruhnya yang besar dan kuat yang mampu menghancurkan kacang-kacangan.

Kakatua hitam berukuran panjang lebih kurang 60 cm dengan berat berkisar 500 – 1.000 gram. Kakinya pun berwarna abu-abu atau hitam dengan sedikit bulu di paha. Di kepalanya terdapat jambul besar , juga berwarna hitam,yang dapat ditegakkan. Karakteristik unik terlihat di wajahnya yang dihiasi kulit pipi berwarna merah.

Kakatua hitam adalah burung yang berasal dari keluarga kakatua dan burung beo, Cacatuidae, dari subfamilia Microglossinae. Burung ini memiliki nama ilmiah Probosciger aterrimus, Gmelin.  Dalam bahasa Inggris, mengutip dari Wikipedia, burung ini disebut palm cockatoo, goliath cockatoo, mengingat ukurannya yang besar, atau great black cockatoo. Di Indonesia, burung ini juga disebut kakatua raja hitam.

Mengutip dari birdlife.org, kakatua raja hitam merupakan hewan asli pulau Papua dan Australia. Wikipedia menyebutkan kakatua hitam biasanya ditemukan di Kepulauan Aru, Pulau Misool di bagian barat pulau Papua, timur Merauke sampai Teluk Papua, selatan Papua Nugini, dan di Australia.

Di Australia, mengutip dari birdlife.org, kakatua hitam subspesies Macgillivrayi, ditemukan di utara Cape York Peninsula, dari kawasan Pormpuraaw di pantai barat hingga Princess Charlotte Bay di timur. Di Papua Nugini, kakatua hitam ditemukan di hutan-hutan, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.350 meter di atas permukaan air laut.

Kakatua hitam memakan biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, dan tunas daun. Tidak hanya mendapatkan makanan di atas pohon, burung jenis ini juga memakan biji dan buah-buahan yang jatuh ke tanah.

Burung ini disebutkan mencari makan pada pagi hari buta, berburu buah pandan atau kacang kenari dan kacang-kacangan lain.

Burung ini makan dalam kelompok kecil, rata-rata satu sampai enam ekor, dan burung-burung besar akan menjaga burung-burung kecil.

Ada anekdot yang menyebutkan kakatua hitam di kebun binatang Australia mencapai umur 80 - 90 tahun. Namun, hingga saat rekaman data pada 2000 menyebutkan kakatua hitam tertua berumur hingga 56 tahun di Kebun Binatang London. Belum ada rekaman data umur kakatua di alam liar.

Pemberian Nama oleh Naturalis Jerman Johann Gmelin

Deskripsi kakatua hitam pertama kali dilakukan oleh Johann Friedrich Gmelin (1748 – 1804), ahli botani, entomolog, herpetolog, naturalis, dan malacologist asal Jerman,  pada 1788. Karena itu, nama Gmelin diabadikan dalam nama ilmiah kakatua hitam. Nama Probosciger aterrimus, diberikan dengan merujuk bentuk bentuk paruh burung ini yang panjang tipis yang dalam bahasa Latin disebut proboscis.

Gmelin menerbitkan edisi ke-13 Systema Naturae pada 1788 - 1789, yang edisi-edisi sebelumnya diterbitkan oleh ahli botani Swedia, Carl Linnaeus. Buku itu berisi karya deskripsi dan nama spesies dari banyak spesies baru, termasuk burung, yang sebelumnya diterbitkan dalam katalog tanpa nama ilmiah oleh John Latham dalam A General Synopsis of Birds. Publikasi Gmelin itu meliputi lebih dari 290 spesies burung.

Kakatua hitam menjadi satu-satunya anggota subfamili Microglossinae dan juga satu-satunya genus Probosciger.

Wikipedia menyebutkan ada tiga subspesies, dan satu lagi subspesies tersendiri, yakni  Cape York cockatoo (Probosciger aterrimus  aterrimus [Gmelin 1788]), goliath cockatoo (Probosciger aterrimus  goliath [Kuhl 1820]), Northern palm cockatoo (Probosciger aterrimus stenolophus [van Ort 1911]) yang hampir sama dengan goliath tetapi bulu jambulnya lebih kecil, dan Probosciger aterrimus macgillivrayi [Mathews 1927] yang berukuran sedang.

Tidak ada data pasti tentang populasinya. Situs birdlife.org menyebutkan populasi subspesies Macgillivrayi diperkirakan sekitar 3.000 ekor. Namun, populasi itu terus berkurang dari tahun ke tahun di antaranya akibat perburuan liar. Burung ini, kini, termasuk spesies yang dilindungi negara.

Wikipedia juga menyebutkan kakatua hitam tercatat sebagai jenis burung paruh bengkok dengan keberhasilan paling rendah dalam perkembangbiakan. Kakatua hitam hanya bertelur satu butir setiap tahun.

Kebun Binatang Taronga di Sydney mencatat kakatua hitam jantan siap berkembang biak pada umur 29 tahun, sementara Kebun Binatang London pada 1966 mencatat jenis betina mengerami telur pertamanya pada umur 40 tahun. Kakatua mengerami telurnya di rongga pohon.

Kebakaran menjadi  penyebab penting kemusnahan sarang dan habitatnya. Di Australia, penambangan bauksit juga menjadi penyebab penting lain ancaman bagi kelestarian satwa ini. Penyebab lain kelangkaannya adalah perburuan. Kakatua hitam masuk kategori  “Least Concern” dalam daftar Badan Konservasi Dunia, IUCN Red List of Threatened Species. Burung ini masuk dalam daftar Appendix I of CITES dari satwa yang terancam kepunahan. Pada 31 Oktober 2015, Australia memasukkan kakatua hitam dalam daftar “Vulnerable” dari sebelumnya “Near Threatened”. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home