Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 10:45 WIB | Sabtu, 12 Oktober 2013

Kampanye Kamis Berhitam Melawan Perkosaan

Dr Fulata Mbano-Moyo, Eksekutif Program WCC untuk Perempuan dalam Gereja dan Masyarakat. (Foto: ouikoumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Gereja Dunia (WCC) bekerja untuk membangkitkan lagi “Thursday in Black”—Kamis Berhitam, sebuah kampanye melawan kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender. Penekanan ini sesuai dengan tema Sidang Raya WCC mendatang: “Allah bagi kehidupan, membawa kita menuju keadilan dan perdamaian”.

Pada 31 Oktober 2013 dalam Sidang ke-10 WCC di Busan, Korea Selatan, peserta akan didorong berpakaian hitam. Melalui sikap rendah hati, peserta diajak untuk menjadi bagian dari gerakan global yang mendesak diakhirinya kekerasan terhadap perempuan.

Kamis Berhitam dimulai oleh WCC pada 1980-an sebagai bentuk protes damai menentang perkosaan dan kekerasan—terutama yang terjadi selama perang dan konflik. Kampanye ini berfokus pada cara-cara melalui yang mendorong individu menentang sikap-sikap penyebab perkosaan dan kekerasan.

Kamis Berhitam, menurut Dr Fulata Mbano-Moyo, Eksekutif Program WCC untuk Perempuan dalam Gereja dan Masyarakat, adalah “menyatukan ekspresi global terhadap kebutuhan atas komunitas yang aman tempat kita semua dapat berjalan dengan aman tanpa takut diperkosa, ditembak, dipukuli, dicaci maki dan didiskriminasi karena gender atau orientasi seksualnya.”

“Melalui kampanye ini kami ingin menemani saudara kita, yang menanggung bekas luka kekerasan, tampak atau tak tampak, di Suriah, Palestina dan Israel, Mesir, Republik Demokratik Kongo, Pakistan dan seluruh dunia. Di sana, tubuh perempuan tetap berada dalam “medan perang”, baik dalam konflik bersenjata atau situasi yang disebut ‘damai’,” kata Mbano-Moyo.

“Melalui kampanye ini kami menuntut dunia bebas dari perkosaan dan kekerasan!”

Kampanye Kamis Berhitam signifikan bagi acara-acara bagi perempuan dan laki-laki pra-Sidang Raya di Busan, tempat isu-isu yang terkait dengan kekerasan terhadap perempuan akan menjadi fokus, menganjurkan refleksi bervariasi dari, etika, perspektif hukum, spiritual, sosial dan politik teologis. Program pra-Sidang ini akan berlangsung pada 28 dan 29 Oktober.

Kamis Berhitam telah memengaruhi beberapa gereja dan inisiatif ekumenis pada 1970 dan 1980, termasuk Dekade Ekumenis Gereja-Gereja untuk Solidaritas Perempuan. Kampanye ini diperkuat oleh kampanye “Women in Black” yang lahir dari kunjungan solidaritas perempuan-ke-perempuan ke Serbia dan Kroasia selama perang Balkan pada 1990-an. Melalui inisiatif ini, perempuan Serbia mengajak orang-orang bergabung dengan mereka untuk berbicara menentang penggunaan perkosaan sebagai senjata perang.

Kamis Berhitam juga memiliki link dengan Mother of the Plaza de Mayo, gerakan ibu yang memprotes kebijakan “penghilangan” pembangkang, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang tewas dalam kekerasan politik di Argentina antara 1970 dan 1980. Para ibu ini berjalan sekitar Plazo de Mayo di Buenos Aires, setiap Kamis, untuk mendaftarkan protes mereka kepada pihak berwenang yang bertanggung jawab.

Kampanye Kamis Berhitam saat ini terpantau di Afrika Selatan oleh Diakonia Council of Churches and the Christian AIDS Bureau of Southern Africa (CABSA), mitra ekumenis proyek WCC Ecumenical HIV and AIDS Initiative in Africa (EHAIA) dan International Network of Religious Leaders Living with or Personally Affected by HIV or AIDS (INERELA+).

WCC akan terus bekerja sama dengan organisasi mitra untuk menghidupkan kembali kampanye hari Kamis berpakaian serba hitam. Mitra WCC termasuk CABSA, We Will Speak Out Coalition, the Lutheran World Federation, the Fellowship of the Least Coin, the United Methodist Women and the World YWCA. (oikoumene.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home