Loading...
INDONESIA
Penulis: Octavia Putri 15:35 WIB | Minggu, 18 Juli 2021

Kamu “Sekuat” Itu, Jangan-jangan Punya Kemampuan Resiliensi?

“Resilience is knowing that you are the only one that has the power and the responsibility to pick yourself up.” – Mary Holloway
Ilustrasi. (Foto: bizjournals.com)

SATUHARAPAN.COM - Menghadapi berbagai masalah dalam hidup, terkadang membuat kita semakin kuat. Di dalam ilmu psikologi, ada sebuah kemampuan yang mungkin dimiliki oleh setiap orang untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi dampak dari pengalaman atau peristiwa buruk yang pernah dilalui individu tersebut yang dikenal sebagai resiliensi.

Di tahun 1950-an, istilah resiliensi sendiri diperkenalkan dengan nama Ego-resiliency oleh Jack Block dan Adam Kremen. Asal mulanya karena ego dianggap sebagai identitas manusia, termasuk pemikiran dan kemampuan diri. Seperti kecerdasan, kemampuan, dan bakat, hal ini berkaitan dengan ego diri. Pemikiran teori ini diibaratkan sebagai koin yang memiliki dua mata sisi yang berbeda. Ketahanan ego dikaitkan dengan ego dan kemampuan mengendalikan amarah dan agresi, serta kemampuan diri untuk beradaptasi di lingkungan ketika kita menghadapi stres. Block dan Kremen berpendapat bahwa ketahanan ego bersifat dinamis (dapat berubah sepanjang hidup).

Menurut Grotberg, ada tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi dalam diri seseorang. Dikenal dengan istilah I Have, I Am, dan I Can. I have berarti faktor lingkungan yang mendukung orang tersebut, misalnya keluarga, teman, guru, dan orang yang mendukung. I am berarti apa yang dimiliki diri sendiri, seperti perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan diri, misalnya perasaan empati, bagaimana memperlakukan orang lain. I can berarti kemampuan melakukan hubungan sosial dan interpersonal, misalnya kemampuan berkomunikasi, mengekspresikan pikiran dan perasaan, kontrol emosi. 

Ada enam faktor lain yang mempengaruhi resiliensi, menurut Fergussin dan Horwood, yaitu kecerdasan dan kemampuan memecahkan masalah, ketertarikan terhadap dunia luar, kedekatan dengan orang tua, temperamen, pertemanan, dan jenis kelamin. Sementara, aspek lain yang membentuk resliensi menurut Wolin dan Wolin, yaitu (1) insight, (2) kemampuan mengambil jarak secara emosi dan fisik dari permasalahan, (3) hubungan yang saling mendukung serta mempunyai role model yang baik, (4) keinginan kuat untuk bertanggungjawab terhadap diri sendiri, (5) kreatif dalam berpikir ketika menghadapi permasalahan hidup, (6) sikap humor supaya dapat merasakan kebahagiaan, dan (7) punya hati nurani untuk mau membantu orang lain.

Jadi, ketika kita menghadapi masalah, kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dilihat dari sikap resiliensi masing-masing individu. Seperti, kemampuan diri, sikap optimis, prinsip diri, sikap humor, dan lingkungan yang mendukung.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home