Loading...
Penulis: Sabar Subekti 14:38 WIB | Kamis, 06 Oktober 2016

Kapal Perempuan Akan Menembus Blokade Gaza

Para perempuan yang tergabung dalam misi Perahu Perempuan ke Gaza, dan sejumlah pria yang mendukung aksi mereka. (Foto: dari WBG)

SATUHARAPAN.COM - Sekelompok perempuan dari berbagai negara berusaha untuk menembus blokade Islael atas Jalur Gaza. ‘’The Women's Boat to Gaza (WBG / Perahu Perempuan ke Gaza) diperkirakan akan sampai dalam beberapa jam mendatang.

Misi WBG bertujuan untuk menantang blokade Israel atas Jalur Gaza selama 10 tahun, dan menyoroti peran penting perempuan dalam gerakan perlawanan Palestina. Misi ini diakui berada dalam kekhawatiran akan dicegat oleh pasukan Israel, menurut laporan WBG.

Angkata darat dan angkatan laut Israel sangat dibatasi pergerakan barang dan 1,8 juta warga Palestina dari dan ke Gaza sejak gerakan Islam Hamas menjadi penguasa de-facto wilayah itu pada tahun 2006. Blokade ini peningkatan penderitaan pada penduduk miskin di sana.

Dua perahu yang bergabung dalam misi perahu perempuan (perahu Amal-Hope dan Zaytouna-Oliva). Kedua perahu telah berlabuh di sejumlah pelabuhan di Laut Tengah sejak 12 September. Hanya saja perahu Amal-Hope berhenti di Barcelona karena masalah mesin, dan hanya Zaytouna-Olivia yang melanjutkan perjalanan.

Di antara perempuan dalam perahu itu adalah angota parlemen Uni Eropa dari Swedia, Malin Björk, seorang pensiunan kolonel angkatan darat Amerika dan mantan diplomat yang mengundurkan diri pada tahun 2003 karena menentang invasi ke Irak, Ann Wright. Dari Irlandia ada pemenang hadiah Nobel dan aktivis perdamaian, Mairead Maguire. Dari Turki ada atlet dan pelatih, Cigdem Topçuoglu. Suaminya tewas dalam serangan Israel pada armada pembebasan pertama pada tahun 2010.

"Jika Israel memilih untuk mencegat misi damai ini, mereka akan disambut oleh 13 perempuan sangat kuat dan tangguh yang berada di lapangan untuk mematahkan blokade ilegal Gaza. Mereka akan bertemu dengan cinta dan tekad untuk mencapai nurani kemanusiaan," kata Wendy Goldsmith, dari Kanada, penyelenggara Perahu Perempuan ke Gaza, seperti dikutip media Mesir Al Ahram.

Mereka juga meminta pemerintah untuk menjamin perjalanan aman mereka, dan mendukung diakhirinya blokade atas Gaza yang merupakan hukuman kolektif dan ilegal berdasarkan hukum internasional.

Misi Keempat

Perahu Perempuan ke Gaza yang diawakil perempuan dari berbagai negara ini adalah misi keempat yang diselenggarakan oleh Koalisi Freedom Flotilla setelah upaya terakhir pada 2015 yang berakhir dengan penyitaan kapal oleh pasukan Israel di perairan internasional.

Goldsmith mengatakan bahwa mereka dalam kontak teratur dengan perempuan di Gaza dan Tepi Barat telah menyelenggarakan banyak aksi solidaritas. ‘’Kami sangat tersentuh dan didorong oleh semangat persaudaraan di seluruh dunia," katanya

Usaha pertama untuk menembus pengepungan dilakukan pada tahun 2010. Upaya ini berakhir dengan pembunuhan oleh militer Israel atas sembilan aktivis ketika kapal Turki, Mavi Marmara, masih berada di di perairan internasional.

Upaya kedua dilakukan dari Yunani pada tahun 2011, tetapi kapal itu dipaksa berbalik kembali oleh penjaga pantai Yunani. Misi keempat oleh Freedom Flotilla Coalition berakhir dengan penyitaan kapal oleh militerb Israel di perairan internasional.

Koalisi Freedom Flotilla adalah koalisi internasional yang terdiri dari organisasi masyarakat sipil dan inisiatif dari seluruh dunia yang menantang blokade Israel atas Gaza yang dinilai "ilegal dan tidak manusiawi."

"Ketika kami tiba di Gaza kami berharap untuk disambut oleh banyak pendukung kami, mungkin dengan kopi dan falafel, musik dan tari. Kami berharap untuk bergandengan tangan dengan saudara kita dan mengklaim mengakhiri blokade yang telah menciptakan penjara di ruang terbuka terbesar di dunia, di mana anak-anak yang tidak bersalah dan keluarga mereka menderita setiap hari," kata Goldsmith.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home