Loading...
ANALISIS
Penulis: Ellen Patricia 09:59 WIB | Kamis, 19 Mei 2016

Karakter Orangtua, Karakter Anak

Ilustrasi. Anak didik PAUD Rusun Waduk Pluit, Jakarta Utara sedang bernyanyi bersama. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

SATUHARAPAN.COM – Membangun karakter anak sesungguhnya menyerupai investasi jangka panjang. Usaha yang kita tabur sekarang pada anak, baru akan terlihat benar hasilnya ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, orangtua perlu senantiasa mengevaluasi pilihan tindakan ataupun perkataannya, apakah pilihan tersebut hanya  berorientasi pada membuat keadaan sekarang menjadi lebih mudah (jangka pendek), ataukah pada membuat keadaan di masa depan menjadi lebih baik (jangka panjang).

Terkait membangun karakter anak, Sebagian besar orangtua sering menasihati anaknya untuk mempraktikkan karakter-karakter tertentu seperti mau berbagi ataupun berkomunikasi dengan cara yang positif, serta memarahi anak bila ia gagal mempraktikkan karakter tersebut. Namun sayangnya, orangtua sendiri tidak jarang alpa untuk mempraktikkan karakter-karakter tersebut dalam kehidupan pribadinya.

Memberikan nasihat memang lebih mudah daripada melakukan dan memarahi mungkin efektif dalam jangka pendek. Akan tetapi, cara yang paling efektif untuk membangun karakter anak adalah dengan memberikan contoh, bukan sekadar menasihati ataupun memarahi, karena anak sangat dipengaruhi bukan hanya oleh perkataan orangtuanya, tapi terlebih lagi oleh tindakan orangtua.

Idealnya, untuk membangun karakter anak, orangtua perlu terlebih dahulu membangun karakter tersebut dalam dirinya. Dan cara yang paling efektif untuk membangun karakter diri adalah dengan mempraktikkan sebanyak mungkin secara sadar apa yang ingin dibangun tersebut, termasuk di saat-saat anak sedang tidak berada di sekitar orangtua.

Dengan demikian, lama-kelamaan hal tersebut akan berakar dalam diri menjadi kebiasaan, dan kemudian berbuah menjadi karakter. Bila karakter tersebut sudah dimiliki oleh orangtua, biasanya akan lebih mudah bagi anak untuk menirukan dan memiliki karakter itu juga, sebagaimana peribahasa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.

Pada saat anak menunjukkan karakter yang tidak diinginkan, ada baiknya orangtua mengevaluasi apakah ada kemiripan antara karakter tersebut dengan karakter yang dimiliki oleh orangtua. Bila ya, maka orangtua perlu memikirkan cara untuk mengubah karakter yang dimilikinya tersebut agar dapat menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dipraktikkan orangtua agar dapat menjadi contoh / model bagi anak dalam rangka membangun karakter anak :

  • Memodelkan tanggung jawab : tetap bangun pagi untuk membantu anak bersiap ke sekolah, walaupun sebelumnya tidur sangat larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaan.
  • Memodelkan menghargai waktu orang lain : selalu berusaha hadir tepat waktu untuk berbagai hal.
  • Memodelkan kejujuran : mengembalikan bila menerima uang kembalian yang berlebih.
  • Memodelkan empati : menolong anak tetangga yang terjatuh dari sepeda.
  • Memodelkan demokrasi : mendiskusikan dan menyepakati dengan anak konsekuensi yang akan diterapkan terhadap suatu perilaku negatif.

Bagi para orangtua yang dibesarkan dalam konteks keluarga yang sudah memiliki karakter-karakter positif, kemungkinan akan lebih mudah untuk mencontohkan karakter-karakter tersebut kepada anaknya.

Akan tetapi, ada beberapa orangtua yang dibesarkan dalam konteks keluarga yang minim karakter positif. Bagi mereka, tidaklah mudah untuk mencontohkan karakter positif kepada anaknya karena ia membangun terlebih dahulu karakter tersebut dalam dirinya. Orangtua yang demikian perlu banyak bersabar terhadap dirinya sendiri. Ia perlu menyadari bahwa mengubah karakter memerlukan waktu dan proses yang panjang. Walaupun mungkin orangtua merasa sangat antusias ketika memutuskan akan mengubah karakternya demi anak, orangtua juga perlu realistis dalam menentukan ekspektasi terhadap perubahan dirinya, agar nantinya tidak kecewa dan putus di tengah jalan.

Sejauh ini, cara yang paling efektif untuk mengubah karakter adalah mengantisipasi, yaitu dengan membuat skenario-skenario situasi dan membayangkan apa yang sebaiknya dilakukan dalam masing-masing situasi tersebut. Hal itu akan membuat orangtua lebih siap ketika situasi tersebut sungguh terjadi.

Namun, bila terjadi situasi orangtua tidak siap ataupun bingung bagaimana meresponsnya, akan lebih baik bila orangtua berdiam diri sejenak sebelum merespons situasi tersebut, agar otak memiliki cukup waktu untuk memproses situasi yang ada. Bila orangtua merasa saat itu ia terlalu emosional, ada baiknya orangtua menyendiri dulu untuk meredakan emosinya. Sebagai orangtua, sama sekali tidaklah salah bila meminta waktu beberapa menit, atau bahkan beberapa jam, sebelum merespons apa yang dikatakan ataupun dilakukan anak.

Bila emosi dirasakan sudah reda, orangtua dapat memikirkan dengan lebih baik respons seperti apa yang akan diberikan kepada anak, termasuk menyusun kata-katanya dengan saksama agar tepat sasaran. Yang penting untuk diingat oleh orangtua adalah untuk tidak lupa merespons anak bila emosi sudah reda, agar isu apa pun yang muncul dapat tertangani dan tidak menumpuk sehingga sulit dibereskan.

Bila orangtua baru menyadari setelah merespons anak, bahwa responsnya tersebut kurang tepat ataupun tidak sesuai dengan karakter yang ingin dicontohkannya kepada anak, orangtua tidak perlu terlalu menyesali diri. Fakta bahwa kesadaran tersebut sekarang sudah ada saja, sudah merupakan indikasi kemajuan. Dan hal itu umumnya akan membuat orangtua lebih  berhati-hati di kemudian hari agar tidak merespons dengan cara yang serupa.

Orangtua juga dapat menyampaikan kepada anak bahwa seandainya orangtua dapat mengulang waktu, ia akan meresponsnya dengan perkataan ataupun tindakan yang berbeda. Dengan demikian, pengalaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh orangtua untuk mencontohkan kepada anak cara menangani suatu kesalahan. Sesungguhnya, setiap situasi ataupun pengalaman negatif dapat menjadi kesempatan untuk mencontohkan karakter positif.

 Sebagai orangtua, marilah kita senantiasa mengevaluasi diri apakah tindakan dan perkataan kita sudah sejalan dengan karakter yang kita ingin bangun dalam diri anak. Dan marilah kita terus mengingat bahwa membangun karakter anak merupakan sesuatu yang bersifat jangka panjang.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home