Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:53 WIB | Selasa, 07 Juni 2016

Kawista, Sirup Cola van Java

Kawista (Lemonia acidissima). (Foto: envis.frlht.org)

SATUHARAPAN.COM – Kawista atau kawis, dikenali juga dengan nama kinco oleh kalangan generasi tua. Buah ini mungkin tidak populer bagi kebanyakan orang, karena tumbuhan ini tergolong langka. Namun, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kawista merupakan bahan untuk membuat produk unggulan kota itu, berupa sirup kawista yang beraroma serupa minuman kola.  

Sirup dari buah kawista memang mirip rasanya dengan minuman ringan asal buah Cola nitida. Bedanya kola berkarbonasi diolah dari buah kola yang banyak tumbuh di daratan Afrika itu, sementara kawista tumbuh di Tanah Air, terutama di Pulau Jawa. Tidak mengherankan sirup kawista kerap dijuluki java cola, atau cola van Java, alias kola dari Jawa.

“Rasa menggigit pada minuman kola dan kawista kemungkinan muncul dari senyawa berbentuk kristal yang berubah menjadi gas CO2 saat diolah,” kata Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, seperti dikutip dari trubus-online.co.id.

Buah kawista adalah buah khas dengan aroma menusuk hidung, berukuran sebesar apel, kulit buahnya berkerut-kerut, dengan warna cokelat keputihan. Buah dari tumbuhan bernama ilmiah Lemonia acidissima ini berasal dari India Selatan, dan merupakan golongan jeruk-jerukan (Rutaceae). Dalam bahasa Inggris kawista dikenal dengan nama elephant wood apple.

Di Aceh, kawista dikenal dengan nama buah batok, dan digunakan sebagai bahan campuran bumbu rujak Aceh dan sirup. Orang Bima dan Dompu di Nusa Tenggara Barat menyebutnya kawi, dan merupakan salah satu bahan pelengkap rujak khas suku Mbojo (Bima).

Kawista menurut Wikipedia, berbentuk pohon kecil, dengan diameter batang pohonnya tidak terlalu besar. Tingginya mencapai 12 m, bercabang banyak, dan ramping-ramping, berduri tajam, dan lurus, panjangnya sampai 4 cm. Kadang ada juga yang menjadikan tanaman ini sebagai bonsai.

Daunnya majemuk, bersirip ganjil, dengan sumbu utama tangkai daun dan tangkainya bersayap sempit. Anak daunnya berhadapan, 2-3 pasang, memiliki kelenjar minyak. Jika daun diremas, mengeluarkan sedikit aroma.

Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, berwarna putih, hijau atau lembayung-kemerahan. Biasanya bergerombol, terletak di ujung ranting atau di sela-sela daun.

Buahnya bertipe seperti buah buni tapi besar, berkulit keras, permukaan kulitnya bersisik, terlepas-lepas, berwarna putih kehijauan. Daging buahnya yang harum berisi banyak biji yang berlendir. Bijinya berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau. Batang anakannya ramping.

Di Malaysia dan Indonesia, pohon kawista terutama dibudidayakan di daerah-daerah pantai. Jenis ini toleran terhadap kekeringan dan dapat beradaptasi dengan baik di tanah yang ringan. Amerika, Finlandia, dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup ini.

 Manfaat Herbal Kawista

Buah kawista yang matang, juga memiliki manfaat bagi masyarakat. Sejak lama, secara tradisional buah kawista dimanfaatkan untuk menurunkan panas, pengelat dan bersifat tonikum, serta digunakan sebagai obat sakit perut. Di Indo-China, duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam berbagai ramuan obat tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobati mual-mual.

Kayu kawista digunakan untuk bangunan rumah, tiang dan perabotan pertanian. Getah yang dikumpulkan dari kulit kayunya dilaporkan memiliki manfaat obat, dan digunakan sebagai pengganti gom arab.

Buah kawista disantap dengan cara memakan daging buahnya yang matang, mencampurnya dengan gula. Di Sri Lanka, buahnya diolah menjadi krim.

Melihat potensinya, beberapa penelitian pun dilakukan untuk menggali manfaat dan khasiatnya.

Penelitian yang dilakukan Alfiani Rosyida Arisanti, Yoyon Arif Martino, Erna Sulistyowati (Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Malang), menunjukkan bahwa  efek daging buah dapat berfungsi sebagai antioksidan yang memperbaiki fungsi sel endotel. Buah kawista mengandung komponen flavonoid, glikosida, saponin, tanin, kumarin, derifat tiramin, serta vitamin C dan  A, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antidiabetik.

Demikian pula penelitian yang dilakukan Dr SP Patil SP, SA Kalkar, dan AS Kulkarni dari dari Institut Sains di Koradi Nagpur India, menemukan daging buah kawista dapat memiliki aktivitas antibakteri, sedangkan daunnya mengandung aktivitas antioksidan alami.

Swapnadeep Parial, DC Jain, SB Joshi dari Fakultas Farmasi Universitas Nahata Bhopal Mandsaur India, seperti dikutip dari rasayanjournal.co.in, menemukan daun kawista sebagai agen diuretik, walaupun secara  tradisional telah digunakan untuk pengobatan sembelit, muntah, diabetes,kardiotonik dan sebagai diuretik.

Penelitian dari Departemen Zoologi dan Mikrobiologi, Unit Penelitian Laboratorium Parasitologi, Universitas Burdwan, Golapbag, Burdwan Bengal Barat, India, seperti dikutip dari sciencedirect.com, menyebutkan khasiat ekstrak daun kawista sebagai agen biokontrol terhadap bentuk larva dari Culex quinquefasciatus, dan karakterisasi komponen bioaktif yang bertanggung jawab untuk aktivitas larvasida.

Penelitian Debasish Pradhan, Gitanjali Tripathy, dan Santosh Patanaik, dari Departemen Ilmu Farmasi, Institute of Medical Science, New Delhi, India, juga menunjukkan ekstrak kawista memiliki aktivitas antikanker payudara.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home