Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:21 WIB | Selasa, 07 Januari 2020

Kebakaran Hutan Australia Diprediksi Berlanjut Beberapa Bulan ke Depan

Kebakaran hutan terus terjadi di Australia dan ribuan warga telah merasakan dampaknya, termasuk di kota-kota besar lewat asapnya. (Foto: Dok.satuharapan.cm/abc.net.au/Park Rural Fire Brigade)

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM – Australia Selatan telah menerima peringatan bahwa bencana kebakaran hutan dan semak yang dahsyat, kemungkinan masih dapat berlanjut.

Menurut prediksi jangka panjang yang dirilis Badan Meteorologi Australia (Bureau of Meteorology), sebagian besar wilayah Australia Selatan diperkirakan mengalami cuaca panas di atas rata-rata dan curah hujan di bawah rata-rata selama beberapa bulan.

"Suhu siang hari pada Januari hingga Maret 2020 kemungkinan akan lebih hangat dibandingkan suhu rata-rata di hampir seluruh wilayah Australia," kata badan tersebut.

"Februari hingga April juga kemungkinan akan lebih hangat dibanding rata-rata seluruh wilayah Australia ... dengan suhu lebih hangat pada bulan Januari kemungkinan dialami wilayah utara dan timur Australia, serta sebagian besar pesisir Australia Selatan dan Australia Barat," kata otoritas pengamat cuaca itu.

Badan tersebut memprediksi curah hujan lebih tinggi pada Januari akan melingkupi "wilayah barat Australia Selatan," namun menjelaskan bahwa seluruh wilayah lain di negara bagian itu hanya akan mengalami sedikit atau bahkan tidak ada hujan.

Australia Selatan, merupakan salah satu negara bagian yang terdampak paling parah oleh krisis kebakaran semak nasional yang masih berlangsung.

Sejauh ini, lebih dari 160.000 hektare wilayah Pulau Kanguru, sepertiga di antaranya merupakan kawasan suaka margasatwa yang dilindungi, telah hangus terbakar dan dua orang terkonfirmasi tewas di pulau itu pada Sabtu (4/1) lalu.

"Warga menjadi trauma. Para istri, suami, dan anak-anak meninggalkan rumah pada Jumat (3/1), dan saat kembali tidak ada yang tersisa," kata Michael Pengilly, Wali Kota Pulau Kanguru, kepada awak media pada Minggu (5/1).

"Mereka tidak punya apa-apa, semuanya telah lenyap," katanya.

Ketakutan serius muncul terhadap populasi koala di pulau itu, dengan 25.000 ekor, atau setengah dari populasi yang ada, dikhawatirkan mati.

Penelitian yang dipublikasikan oleh Universitas Adelaide pada Juli 2019, mengungkapkan bahwa koala-koala di Pulau Kanguru sangat vital bagi keberlangsungan hidup jangka panjang spesies ikonis itu, karena mereka sepenuhnya terbebas dari penyakit klamidia.

Penyakit yang menginfeksi 46 persen populasi koala di daratan utama Australia itu dapat menyebabkan kebutaan, kemandulan, dan kematian. (Xinhua/Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home