Loading...
INDONESIA
Penulis: Octavia Putri 11:47 WIB | Sabtu, 10 Juli 2021

Kedewasaan Bukan Sekadar Tentang Usia

Potongan gambar wajah dengan berbagai usia secara biologis. (Foto: money.com)

SATUHARAPAN.COM - Pernah dengar, “Sudah tua juga tapi belum dewasa” atau “Anak kecil kok pemikirannya dewasa amat.” Kedewasaan seseorang bukan dilihat dari usia orang tersebut. Di dalam psikologi sendiri, usia seseorang dilihat dari biological age (usia secara biologis) dan mental age (usia secara mental). Konsep usia mental sendiri berkaitan dengan kecerdasan. Jadi, ada perbedaan antara usia biologis dan usia mental seseorang.

Arti dewasa menurut KBBI yaitu (1) sampai umur, akil baliq (bukan kanak-kanak atau remaja lagi), (2) telah mencapai kematangan kelamin, (3) matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya). Sementara kedewasaan, berarti hal atau keadaan telah dewasa. Kedewasaan sendiri berarti ekspresi dari perilaku emosional dan kebijaksanaan. Bisa dilihat dari pengalaman emosional yang terjadi di hidupnya, bagaimana kita bersikap terhadap pengalaman tersebut, cara menempatkan diri dalam kondisi tertentu, dan bertindak sesuai dengan nilai serta norma yang berlaku. Jadi, apa sih tanda-tanda atau karakteristik seseorang merupakan individu yang dewasa.

Mampu menimbang antara baik dan buruk. Setiap pilihan pasti memiliki resiko. Orang dewasa memiliki nilai yang dipegang oleh dirinya sendiri, sehingga mereka memiliki “panduan” untuk menentukan kehidupan mereka, bukan sekedar bersikap reaktif. Tapi mereka mampu melihat dari berbagai sudut pandang, baik positif maupun negatif. Hal ini berkaitan dengan kontrol diri juga loh.

Menyeimbangkan logika dan perasaan. Ketika ada masalah dan berada di situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, bukan berarti kita harus langsung bereaksi dan tersulut emosi. Kita perlu belajar untuk mengatur emosi dan menyampaikan perasaan tersebut serta mengkomunikasikannya ke orang lain. Pertimbangkan dulu, apakah perlu sampai “semarah” itu atau “sesedih” itu? Jika ada masalah, apakah “wajar” kita melakukan hal tersebut? Yuk, tanya ke diri sendiri.

Hidup tidak selalu tentang hal “baik”. Di dalam kehidupan perlu keseimbangan, ada hal kecil yang perlu disyukuri, ada juga hal yang besar yang perlu disyukuri. Kebanyakan anak-anak berasumsi “Kejadian di hidup mereka harus selalu yang baik”. Tapi, orang yang dewasa bisa melihat gambaran secara besar dan menyadari, hal yang terjadi bukan sekedar yang baik saja, kadang kejadian buruk (atau kejadian yang dinilai buruk) memiliki sisi lain dan makna. Ibaratnya, kita bisa lihat dari helicopter view. Yup, melihat secara lebih luas.

Memiliki prinsip hidup. Prinsip hidup dijadikan pedoman bagi masing-masing orang dan setiap orang memiliki prinsip yang berbeda. Beda prinsip ini bukan menjadikan kita pasti benar atau salah, tapi menjadi pedoman hidup diri kita. Dan kita tidak berhak menghakimi prinsip hidup orang lain karena prinsip dianut masing-masing orang. Prinsip pun terbentuk karena pengalaman masing-masing individu dan tidak ada yang salah atas pengalaman orang lain.

Mengetahui prioritas. Bukan berarti kita harus mengutamakan diri kita sendiri terus atau malah mengutamakan orang lain terus. Orang yang dewasa tahu batasan kapan dirinya perlu menjadi prioritas dan kapan orang lain yang perlu diutamakan. Coba deh, tanyakan ke diri masing-masing, saat ini apa prioritas kita dan bagaimana cara mencapainya?

Mampu membedakan kritik dan saran. Tidak ada manusia yang sempurna, terkadang orang lain memberikan kritik terhadap diri kita dan berharap kita lebih baik ke depan. Bukan berarti kritik membuat kita jadi sedih atau malah marah, tapi bisa dipertimbangkan sebagai bentuk introspeksi diri. Dan jangan lupa tanyakan saran dari mereka tentang diri kita. Walaupun kadang saran mereka tidak sesuai, it’s ok. Paling tidak kamu jadi melihat dari kacamata orang lain ‘kan tentang diri kamu?

Mampu mengambil tanggungjawab dan tidak lari dari masalah. Ya, setiap orang punya peran dan tanggungjawab masing-masing, tetapi orang yang dewasa secara mental akan bertanggungjawab atas pilihannya. Begitu pula saat ada masalah, ia tidak akan lari tapi menghadapi masalah tersebut secara gentle.

Berani mengakui kesalahan. Kita perlu belajar kapan harus meminta maaf, jika melakukan kesalahan. Bukan berarti kita harus selalu minta maaf terus padahal itu kesalahan orang lain. Jadi, kita perlu tau alasan dibalik sikap kita untuk minta maaf. Saat kita tahu, kita salah, mengakui kesalahan merupakan hal yang bijaksana. Tidak selalu keinginan kita selalu benar, terkadang kita perlu melihat keadaan juga.

Mampu mencari solusi dan berani meminta bantuan. Tidak dipungkiri bahwa hidup kita tidak lepas dari masalah. Ketika kita merasa kita butuh bantuan, yuk cari bantuan dan bukan berarti kita lemah. Bukan hanya fokus pada masalah, tapi cari solusi dari suatu permasalahan.

Punya batasan secara sehat. Menetapkan batasan yang sehat adalah salah satu bentuk rasa hormat dan cinta kepada diri sendiri. Kita perlu tahu kapan dan bagaimana untuk menetapkan batasan. Jika orang lain meremehkan atau merendahkan, bagaimana sikap kita. Apakah tetap berada di lingkungan tersebut? Atau hanya dibatas tertentu mereka boleh “ikut campur”. 

Tidak lupa kita perlu memiliki perasaan empati terhadap orang lain. Saat kita memiliki kemampuan untuk menempatkan diri pada keadaan orang lain dalam situasi yang berbeda, memahami tantangan setiap orang, dan belajar adaptasi dengan masa sulit. Menandakan kita cukup dewasa.

Usia tidak jadi jaminan kedewasaan karena menjadi tua adalah hal yang mutlak, tetapi menjadi dewasa adalah sikap dan pilihan.

 

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home