Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 05:42 WIB | Jumat, 04 Oktober 2019

Kelompok Oerip Berpameran di Bentara Budaya Bali

Pameran Lukisan Kelompok Oerip "Oeroep" dibuka pada Kamis, 3 Oktober 2019 Bentara Budaya Bali. (Foto: Bentara Budaya Bali)

GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Seniman yang tergabung dalam kelompok Oerip menggelar pameran lukisan bersama di Bentara Budaya Bali (BBB). Eksibisi yang merujuk tajuk “Oeroep” atau Urup ini akan menghadirkan karya-karya terpilih dari Tjahjadi Hartono, Ruslan Pangeran, Katirin, Joni Ramlan, Januri, Ipong Purnama Sidhi, Gus Her. Selain tujuh perupa kelompok Oerip, turut pula dalam pameran ini seniman Lini Natalini Widhiasi.

Peristiwa pameran ini merupakan sebuah refleksi estetis seni lukis, yang memaknai secara kritis arti kehidupan manusia, dan mencoba melihat ulang realitas sosial kita hari ini berdasarkan ingatan-ingatan sejarah. Melihat dan menghayati kembali arti peristiwa itu melalui isyarat-isyarat simbolis, lalu sambil menakar keterkaitannya dengan konteks kehidupan kita hari ini.

Manusia juga makhluk sosial yang butuh terhubung dengan manusia lain. Urup dalam wilayah ini berarti tindakan nyata, karena hubungan juga bersifat “materi” dengan “materi”. Kesulitan manusia yang lain tidak selesai jika hanya berupa rasa empati saja. Doa menjadi pengingat terhadap Tuhan dan menjaga rasa ikhlas. Sedang tindakan merupakan “bukti” terhadap Tuhan maupun manusia lain. Dalam seni rupa, ide dan gagasan tidak mudah diapresiasi. Hasil karya visual itulah yang dinikmati bersama.

Konteks Urup dalam pameran ini terkait pula dengan falsafah Jawa yang berbunyi “Urip iku urup” atau hidup itu nyala. Dapat diartikan “hidup yang sejati adalah ketika mampu menerangi sekitar”. Sebagai individu, manusia sebaiknya juga mampu menerangi dirinya sendiri. Inilah yang pertama dilalui dalam proses pendewasaan dalam diri.

Pameran pelukis-pelukis senior ini mengetengahkan 39 karya, berlangsung hingga 12 Oktober 2019 mendatang. Adapun sebagai penulis yakni Janu PU.

Diungkapkan Janu PU dalam tulisan pengantarnya, bahwa pameran “Urup” ini boleh dikata adalah tindakan nyata Kelompok Urip dalam proses berkesenian. Karya yang ditampilkan merupakan hasil. Menjadi penghubung antara pengunjung di ruang pamer dan proses seniman di studio. Ada juga proses ketika bersosialisasi, pengalaman spiritual, pencapaian kedewasaan berpikir. Semua itu juga merupakan proses yang ingin dibagikan kepada publik. Kehidupan adalah proses, inilah urip. Jika manfaat setiap karya dapat sampai kepada masyarakat penikmat seni, inilah Urup. 

Mewakili kelompok Oerip, seniman Ipong Purnama Sidhi mengungkapkan bahwa terbentuknya kelompok Oerip tidaklah disengaja, bermula dari pertemuan mereka dengan seorang mantan wartawan senior yang kini mukim dan memiliki galeri seni di Kota Gede, Yogyakarta. Kelompok Oerip bersifat cair, terdiri dari 7 seniman. Kali ini secara khusus mereka mengundang perupa Lini Natalini untuk bergabung dalam pameran di Bali.

Pada sambutannya sewaktu membuka pameran, budayawan sekaligus pendiri ARMA Museum, Bapak Agung Rai, mengungkapkan kekaguman dan rasa salutnya pada komunitas ini. “Saya salut, karena komunitas ini sangat ulet dan selalu bekerja keras. Kreativitas dan semangat mereka perlu ditiru,” ungkap Agung Rai. 

Ditambahkannya, karya-karya para seniman pameran “Oeroep”  ini sudah tidak diragukan lagi. Selain berpameran di dalam negeri, mereka juga mendapat pengakuan secara internasional. “Melihat ini saya memiliki keyakinan bahwa ke depan kita akan melahirkan banyak maestro seni rupa,” pungkas Agung Rai. (PR)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home