Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 12:57 WIB | Selasa, 31 Januari 2017

Kembang Sungsang, Si Cantik Beracun Kaya Khasiat

Kembang sungsang (Gloriosa superba, L.). (Foto: Wikipedia)

SATUHARAPAN.COM – Kembang sungsang selama ini biasa dijadikan tanaman hias pekarangan karena bunganya yang cantik berwarna terang dan berbentuk khas. Di balik kecantikannya, tumbuhan yang ditanam sebagai tanaman hias ini memiliki umbi yang menyimpan aneka khasiat sebagai obat. Sebaliknya di belahan daerah lain, tumbuhan ini dikategorikan sebagai gulma mengingat umbinya yang beracun.

Kembang sungsang ditanam untuk diambil biji dan umbinya. Buahnya dikeringkan untuk diambil bijinya. Biji kembang sungsang dan juga umbinya diperjualbelikan, dalam bentuk tepung, atau dalam bentuk ekstrak minyaknya.

Bunganya yang cantik, seperti dikutip dari Wikipedia, juga dimanfaatkan sebagai kelengkapan dalam upacara keagamaan di beberapa bagian negara.

Tumbuhan kaya alkaloid ini ternyata telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional di banyak kehidupan di berbagai belahan dunia. Wikipedia menyebutkan kembang sungsang secara tradisional digunakan dalam pengobatan asam urat, infertilitas, luka terbuka, gigitan ular, bisul, arthritis, kolera, sakit perut, masalah ginjal, tifus, seperti  dapat dibaca dari “Gloriosa superba” (dalam World Checklist of Selected Plant Families, 2011, Royal Botanic Gardens, Kew).

Tumbuhan dengan nama ilmiah Goriosa superba ini, sejak lama dimanfaatkan sebagai objek penelitian tentang kemungkinannya menjadi bahan obat. Berbagai referensi yang dikutip dari Wikipedia dan situs Royal Botanic Gardens, kew.org, juga menyebutkan kembang sungsang sejak lama dimanfaatkan sebagai obat gatal, kusta, memar, keseleo, wasir, kanker, impotensi, cacar, penyakit menular seksual, dan berbagai jenis parasit internal.

Kembang sungsang dimanfaatkan pula sebagai obat cacing, pencahar, dan menghindarkan efek racun. Namun, disebutkan juga tidak disarankan bagi wanita hamil karena dapat menyebabkan aborsi.

Di beberapa wilayah negara bagian India, ekstrak rimpang yang dioleskan selama persalinan diyakini untuk mengurangi nyeri persalinan, seperti dapat dibaca di dalam tulisan HS Lal dan PK Mishra (2011), “Gloriosa superba, – an endangered plant spotted for the first time from forest of Tpchanchi, Hazaribag (Jharkhand) India”, yang dimuat Science Research Reporter, dan dikutip Wikipedia.

Di Nigeria, tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai racun pada panah, sementara di India juga dimanfaatkan sebagai anti atau penangkal gigitan ular.

Kembang sungsang adalah bunga nasional Zimbabwe. Pada tahun 1947, diberitakan Ratu Elizabeth II menerima bros berlian dalam bentuk kembang sungsang sebagai hadiah ulang tahun yang ia terima saat berkunjung ke Rhodesia (nama sebelum Zimbabwe, Red).

Selain Zimbabwe, Negara Bagian Tamil Nadi di India juga memilih kembang sungsang sebagai bunga negara bagian.

Pemerian Botani

Kembang sungsang adalah salah satu dari enam jenis tumbuhan dalam genus Gloriosa dari suku Colchicaceae. Nama ilmiahnya Gloriosa superba, L., dengan nama sinonim Eugone superba, Gloriosa rothschildiana, Gloriosa simplex, Gloriosa virescens, Gloriosa abyssinica, Gloriosa carsonii, Gloriosa lutea, dan Methonica superba.

Spesies ini adalah tumbuhan herba tahunan yang tumbuh dengan rimpang berumbi, memanjat menggunakan sulur, dengan batang mencapai panjang 4 meter. Daunnya berseling, berbentuk lanset dengan ujung bersulur, berukuran panjang 13 - 20 cm. 

Bunganya berwarna mencolok, memiliki enam tenda bunga (tepal) bergelombang, masing-masing berukuran 5 - 7,6 cm, umumnya berwarna merah terang hingga orange pada saat mekar penuh, dengan dasar bunga berwarna kuning kehijauan.

Buahnya adalah kapsul berdaging dengan ukuran panjang 6 - 12 cm, berisi biji berwarna merah. Kultivar tanaman kebun populer ini mungkin berbeda dari tipe liarnya. Kultivar Lutea, contohnya, memiliki tenda bunga berwarna kuning, kultivar Citrina berwarna kuning dengan tanda merah, dan kultivar Nana adalah kultivar katai.

Penyerbukan bunga pada tumbuhan ini biasanya dilakukan oleh kupu-kupu dan burung tertentu. Kembang sungsang tumbuh di berbagai jenis habitat, termasuk hutan tropis, hutan, semak-semak, padang rumput, perbukitan pasir, hingga ke tanah yang miskin hara, dan didapati sampai ketinggian 2.500 meter di atas permukaan air laut.

Tumbuhan ini adalah tumbuhan asli Afrika and Asia. Situs web IUCN, iucnredlist.org, menyebutkan tumbuhan ini adalah tumbuhan asli Afrika Selatan, Burkina Faso, Equatorial Guinea, Ethiopia, Kamerun, Kenya, Liberia, Madagaskar, Namibia, Nigeria, Pantai Gading, Senegal, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Tanzania, Uganda, Zimbabwe.

Di Asia, tumbuhan ini umum dijumpai di kepulauan di Nusantara, merambat, dengan umbi yang dapat bertahan pada keadaan kering. Selain Indonesia, tumbuhan ini juga dijumpai di India, Kamboja, Laos, Malaysia, Maladewa, Sri Lanka, Thailand, Tiongkok.

Dalam bahasa Inggris, mengutip dari Wikipedia, kembang sungsang dikenal dengan nama flame lily, climbing lily, creeping lily, glory lily, gloriosa lily, tiger claw, dan fire lily.

Di daerah penyebarannya, kembang sungsang dikenal dengan berbagai nama, kalihari (Hindi), agni shikha atau potti naabhi (Telugu), kaanthal (Tamil), menthonni (Malayalam), kal-lavi (Marathi), ulotchondal (Bengali), lis de Malabar (Prancis), aranha de emposse (bahasa Portugis), bandera española (Spanyol), mkalamu (Swahili), klänglilja (Swedia), riri (Maori), dan jia lan (Tiongkok).

Tumbuhan ini, mengutip dari kew.org, juga menyebar ke Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia, dan Eropa. 

Kembang sungsang berkembangbiak dengan biji atau dengan rimpang. Penyerbukan yang tidak sempurna, serangan jamur pada umbi, serangan hama, menjadi kendala dalam perbanyakannya.

Khasiat Kembang Sungsang

Seluruh bagian tubuh kembang sungsang mengandung kolkisina, menurut penelitian Acharya dan tim pada 2005. Sumber kandungan kolkisina daun dan umbi kembang sungsang mencapai sekitar 0,1 – 0,8 persen, sedangkan sumber kolkisina kembang sungsang yang tertinggi terdapat dalam biji, yang kandungannya mencapai sekitar 1,32 persen, 2 - 5 kali lebih tinggi dari kandungan dalam umbi, berdasarkan penelitian Rajagopal dan Khandasamy, pada 2009, seperti dikutip dari digilib.unila.ac.id.

Mengutip dari iucnredlist.org, berbagai bagian tanaman ini memiliki berbagai macam kegunaan terutama dalam pengobatan tradisional yang telah dipraktikkan di Afrika tropis dan Asia. Saat ini spesies ini dibudidayakan secara luas untuk tujuan komersial.

Tumbuhan ini mengandung alkaloid kolkisina, yang dimanfaatkan dalam produksi obat. Kolkisina ini telah digunakan secara efektif dalam pengobatan gout akut, dan juga untuk mengobati cacingan, memar, infertilitas, dan masalah kulit. Juga telah digunakan untuk menghilangkan duri, paku, dan parasit kulit, sebagai penangkal gigitan ular, pencahar, dan aborsi.

Alkaloid kolkisina juga terbukti berguna dalam pengobatan ulkus kronis, arthritis, kolera, sakit perut, masalah ginjal, dan tifus. Kolkisina banyak digunakan sebagai alat eksperimen dalam studi pembelahan sel dalam penelitian pembelahan sel, karena dapat menghambat mitosis, menginduksi poliploidi, dan telah digunakan dalam pengobatan kanker.

Kolkisina, mengutip dari penelitian yang dimuat di digilib.unila.ac.id, merupakan senyawa alkaloid toksik dan karsinogenik yang larut dalam air, alkohol, dan kloroform. Pemberian kolkisina pada sel yang sedang aktif membelah dapat mencegah terbentuknya benang-benang spindel karena kolkisina mampu berikatan dengan protein penyusun utama mikrotubula, dan pengikatan protein mikrotubula menghambat berlangsungnya proses perpindahan sehingga pemisahan kromosom yang menandai perpindahan tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa diikuti sitokinesis, berdasarkan hasil penelitian Suminah dan tim pada 2002.

Sebaliknya, tanaman ini beracun, cukup beracun untuk menyebabkan korban jiwa manusia dan hewan jika tertelan. Bersentuhan dengan cairan tumbuhan ini dapat menyebabkan iritasi kulit. Racun terutama terdapat dalam rimpang umbinya.

Selain kolkisina, anggota dari keluarga Colchicaceae ini mengandung alkaloid gloriocine. Dalam beberapa jam dari mengonsumsi bahan tanaman, korban akan mengalami mual, muntah, mati rasa, dan kesemutan di sekitar mulut, terbakar di tenggorokan, sakit perut, dan diare berdarah, yang menyebabkan dehidrasi, bahkan kematian. Untuk efek jangka panjang, akan meliputi pengelupasan kulit dan pendarahan vagina berkepanjangan pada wanita. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home