Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:15 WIB | Sabtu, 10 September 2016

Kemdikbud Terapkan Pemberantasan Buta Aksara melalui Vokasi

Ilustrasi: Warga belajar membaca didampingi oleh tutor. (Foto: paud-dikmas.kemdikbud.go.id.)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), menerapkan pemberantasan buta aksara melalui pendekatan pendidikan vokasi bagi usia dewasa.

"Menarik orang dewasa untuk belajar membaca itu tidak mudah. Solusinya, kami melakukan pemberantasan buta aksara berbasis pendidikan vokasi," kata Direktur Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemdikbud, Harris Iskandar, di Jakarta, Jumat (9/9).

Dia mengatakan, untuk mengajarkan baca tulis pada usia dewasa, harus dengan program yang menghasilkan nilai ekonomi. Dengan kata lain, masyarakat harus mendapatkan nilai manfaatnya dari program tersebut secara ekonomis.

Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kemdikud, Eman Syamsudin, mengatakan lembaganya sudah mencoba berbagai cara untuk mengentaskan buta aksara. Namun, yang paling efektif melalui pemberatasan buta aksara melalui pendidikan vokasi.

"Misalnya dengan mengundang guru yang berasal dari dunia usaha. Itu sangat efektif karena masyarakat bersemangat untuk belajar membaca," kata Eman.

Dengan pemberantasan buta aksara berbasis vokasi, kata Eman, masyarakat termotivasi untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Lembaganya sudah menerapkan program yang bernama keaksaraan usaha mandiri.

Selain berbasis pendidikan vokasi, institusi itu juga melakukan pendekatan pemberantasan buta aksara melalui guru PAUD. Sama seperti mengajarkan membaca pada anak PAUD, orang dewasa yang belum bisa membaca diajak lebih dahulu untuk bercerita.

Saat ini, terdapat 25 kabupaten yang memiliki buta aksara tertinggi di Indonesia. Dari 25 kabupaten tersebut, 12 kabupaten di antaranya ada di Jawa Timur.

"Mereka bukannya tidak bisa membaca. Mereka bisa membaca tetapi kebanyakan tulisan Arab gundul."

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), terjadi penurunan angka buta aksara dari 14,89 juta orang pada 2005 menjadi 5,77 juta orang pada 2015.

Beberapa kendala penuntasan aksara yakni faktor kemiskinan, lokasi yang tak terjangkau, dan kurangnya motivasi belajar. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home