Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 20:40 WIB | Rabu, 18 Februari 2015

Kemen ESDM Bentuk Tim Pengawas Pembangunan Smelter

Bagian depan Gedung Kementerian ESDM, di Jakarta. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM) membentuk tim khusus untuk pengawasan pembangunan smelter PT Freeport Indonesia.  Seperti tertuang di esdm.go.id, Rabu (18/2) tim khusus diketuai Staf Ahli Kemen ESDM Said Didu.

Menteri ESDM Sudirman Said mengemukakan hasil kerja tim ini adalah total produksi konsentrat mineral nasional dan kemungkinan pembangunan smelter di berbagai daerah.

Tujuan utama pembentukan tim ini, tambah Sudirman, adalah memastikan jumlah smelter yang sesuai dengan kebutuhan. "Kita tidak ingin ada tumpang-tindih dan kelebihan, tapi juga tidak ada kekurangan," kata Sudirman.

Sementara itu Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Kemen ESDM, Sukhyar menyatakan pemerintah juga menyiapkan sejumlah insentif bagi pelaku usaha dalam proyek pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) tembaga nasional. Insentif ini diberikan untuk memberikan stimulus bagi sejumlah perusahaan dalam proyek smelter nasional tersebut.

Meski akan diberikan insentif, Sukhyar menyatakan bukan berarti proyek smelter nasional akan menjadi jaminan pembangunan akan selesai sebelum 2018. Ini mengingat percepatan pembangunan smelter juga bergantung pada ketersediaan infrastruktur penunjang seperti ketenagalistrikan, pelabuhan dan industri hilir yang menyerap limbah smelter.

"Contohnya smelter tembaga yang dibangun Pemerintah Daerah Mimika akan memakan waktu hingga 52 bulan. Kenapa lama, karena smelter tersebut terintegrasi dengan pembangunan kawasan industri. Saat kita bicara smelter, maka mutlak diperlukan kehadiran fasilitas penunjang," kata Sukhyar.

Sukhyar mengisyaratkan agar pembangunan smelter tersebut akan selesai sebelum 2018 mengingat  percepatan pembangunan smelter juga bergantung pada ketersediaan infrastruktur penunjang seperti ketenagalistrikan, pelabuhan dan industri hilir yang menyerap limbah smelter.

Menurut dia, ke depan, Indonesia membutuhkan kapasitas pemurnian emas, perak, dan tembaga sekurang-kurangnya empat juta ton konsentrat.

Sebelumnya, Freeport Indonesia sudah menyepakati pembangunan smelter yang direncanakan di kawasan industri Poumako, Papua seluas 650 ha.

Proyek smelter di Papua akan dibangun investor asal Tiongkok dan Freeport akan memasok produk konsentratnya.

Dengan demikian, Freeport akan terlibat dalam dua pembangunan smelter yakni di Gresik dengan investasi sendiri dan Papua melalui pasokan konsentratnya.

Dalam kawasan industri Poumako yang disiapkan Pemerintah provinsi Papua itu juga akan dibangun pabrik pupuk, petrokimia, elpiji filling plant, dan pabrik semen.

Di lokasi yang berdekatan dengan pipa konsentrat Freeport telah ada pelabuhan, jalan raya, dan pembangkit yang tinggal dikembangkan kapasitasnya.

Pemprov Papua juga berkomitmen mengalokasikan investasi awal senilai Rp 2 triliun di kawasan industri yang bisa diperluas hingga 2.000 ha. (Ant/esdm.go.id/berbagai sumber).

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home