Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 10:11 WIB | Selasa, 06 Februari 2018

Kemenag: Tugas Deradikalisasi dalam Penanggulangan Terorisme

Ilustrasi. Ali Fauzi, adik pelaku bom Bali Amrozi, mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian, rumah persinggahan bagi mantan teroris untuk menemukan pekerjaan, sebagai upaya penangkal radikalisme. (Foto: Dok satuharapan.com/Fairfax Media)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekjen Kementerian Agama Nur Syam, mewakili Menteri Agama, menghadiri Rapat Koordinasi di Kementerian Polhukam membahas Penanggulangan Terorisme di kementerian/lembaga (K/L) dengan  mensinergikan Program Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Rapat dipimpin oleh Menko Polhukam Wiranto.

“Terorisme merupakan isu strategis dan mencakup antarnegara. Untuk itu, kementerian/lembaga kita harus bersatu dan bersama-sama menanganinya. Sesuai dengan tugas fungsi masing-masing tentunya,” kata Tim Pelaksana Program Penanggulangan Terorisme BNPT perwakilan dari Kemenag, Muharam Marzuki, Senin (5/2).

Ia mengatakan, tak kurang dari 36 kementerian/lembaga proaktif dalam penanggulangan terorisme di Tanah Air, sesuai bidang masing-masing.

“Dan Kemenag sangat strategis untuk bagaimana melakukan deradikalisasi. Kemenag tidak menindak pada sisi penindakan, tapi dari sisi hulu, yakni pencegahan terhadap tindakan radikal, intoleran, yang berujung pada terorisme, dan ini ada di seluruh unit eselon 1 kita,”  kata Muharam Marzuki, yang juga Kapuslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag tersebut.

“Minimal, tim bertemu 2 kali dalam setahun,” ia menjelaskan.

Ia menambahkan, tugas Kemenag adalah bagaimana mengintegrasikan program deradikalisasi di madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang berada di wilayah Kemenag. Selain itu, juga pada buku-buku ajar dan bacaan yang diterbitkan Kemenag dan buku dari kementerian lain yang berkaitan dengan agama.

“Di seluruh Direktorat Bimbingan Masyarakat Agama (Ditjen Bimas) kita, ada program pendidikan keagamaan. Nah, tugas Kemenag adalah bagaimana memasukkan kurikulum berbasis penanganan radikalisme dalam buku tersebut. Inti utama dari visi BNPT adalah bagaimana mewujudkan kerukunan umat beragama, yang pada ujungnya, negara kita bisa tenteram, terbebaskan dari radikalisme, dari isu-isu terorisme,” Muharam menjelaskan.

Ia tidak melihat program penanganan terorisme ini berkaitan dengan tahun politik. Ia menegaskan, Indonesia oleh dunia dianggap berhasil menangani terorisme.

“Banyak negara sahabat, salut dengan Indonesia dalam penanganan terorisme,” katanya. Ia mencontohkan, banyak mantan teroris kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan melakukan pembinaan kontraterorisme, yang ia sebut sangat jitu. Para mantan teroris dari Indonesia sering diundang ke Jepang, Eropa, dan Amerika untuk membagikan pengalaman bagaimana melakukan proses penyadaran.

Muharam menilai, Kemenag melalui penyuluh agama yang tersebar di penjuru Tanah Air, mampu membuat jaringan deradikalisasi hingga pelosok.

“Kita akan kerja sama untuk meningkatkan kemampuan para penyuluh untuk menangani masalah terorisme. BNPT, Ditjen Bimas dan Balitbang siap melakukan itu. Sementara, Kemenag melalui Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN), melalui berbagai unit organisasi yang ada, bekerja sama untuk mensosialisasikan program deradikalisasi,” tuturnya. (kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home