Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:31 WIB | Jumat, 30 Oktober 2015

Kemendikbud-ITB Kembangkan Sistem Sekolah Aman Asap

Ilustrasi sistem sekolah aman asap. (Foto: kemdiknas.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), tengah berusaha mengembangkan Sistem Sekolah Aman Asap.

Uji coba secara sederhana telah terbukti sukses di SD Negeri Percobaan Kota Padang, pada 27-28 Oktober 2015 lalu. Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Padang saat itu 288, sedangkan nilai ISPU setelah pemasangan sistem instalasi udara di kelas turun menjadi 78.

“Tujuan Sistem Sekolah Bebas Asap ini, untuk menyiapkan sekolah dengan kualitas udara yang aman sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan normal pada saat terdapat kondisi kabut asap,” kata pakar dari ITB, Zeily Nurachman, dalam rapat koordinasi (rakor) penanggulangan dampak bencana asap di Kantor Kemendikbud, Jakarta, (29/10).

Rakor, dihadiri para pejabat Kemendikbud dan perwakilan dinas pendidikan dari 66 kabupaten/kota di Indonesia, yang terkena bencana asap.

Kepada peserta rakor, Zeily menjelaskan inovasi penyaring udara agar bisa digunakan di kelas, sehingga siswa tetap bisa belajar. Inovasi tersebut, katanya, disebut bungker perlindungan asap, dengan konsep menggunakan peralatan murah meriah, untuk mengisolasi ruangan dari partikel berbahaya asap sehingga bisa digunakan untuk belajar.

Ia mengatakan, saat uji coba di SD Negeri Percontohan Kota Padang, bahan-bahan yang digunakan cukup sederhana, yaitu kasa filter/penyaring, aquarium kecil/ember, kipas angin dan tumbuhan ganggang atau alga hijau.

Pertama, semua ventilasi ruangan kelas ditutup dengan kasa penyaring air aquarium, atau bisa diganti dengan kain basah. Kemudian sediakan aquarium ukuran kecil atau bisa diganti dengan ember. Lalu ganggang atau alga hijau untuk diletakkan dalam aquarium. Terakhir kipas angin untuk mendorong percepatan sirkulasi udara.

"Cara kerjanya, semua ventilasi ruangan ditutup dengan kasa penyaring, atau kain. Ini untuk menyaring udara yang masuk ke ruangan," katanya. Sedangkan jika menggunakan kain, maka kain harus dibasahi sekali 30 menit agar proses penyaringan lebih baik.

 Zeily menuturkan, udara yang lolos dari penyaringan ini akan disaring lagi secara alami oleh ganggang dalam akuarium.

Secara alami, katanya, makanan ganggang itu adalah partikel asap yang membahayakan kesehatan manusia, jadi semakin banyak ganggang akan semakin baik. Kemudian kipas angin dihidupkan untuk mempercepat sirkulasi udara.  Meski cara itu sangat sederhana, terbukti efektif menurunkan nilai ISPU di dalam kelas. Zeily melakukan uji coba itu di SDN Percontohan Kota Padang dengan dibantu Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Syamsulrizal mengatakan, sistem instalasi yang diujicobakan itu cukup sederhana, dan bisa dilakukan guru dan siswa bersama-sama.

“Biayanya kami hitung sat uji coba itu, hampir Rp2 juta rupiah untuk pemasangan tiap kelas,” katanya. Hasil penghitungan itu, kata Syamsulrizal, termasuk pembelian aquarium, kasa filter untuk menutup ruang kelas, kipas angin, serta tumbuhan ganggang atau alga hijau.

 Zeily mengatakan, dalam mengembangkan Sistem Sekolah Aman Asap, ada yang prinsip yang harus dipenuhi, yaitu terbukti, mudah, murah, edukasi, mumpuni dan kontinyu.

Pemasangan penyaring udara di dalam kelas pada SDN Percobaan Kota Padang itu terbukti memenuhi lima prinsip tersebut. (kemdiknas.go.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home