Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:21 WIB | Rabu, 04 September 2019

Kemlaka Sound of Archipelago Membuka Pameran Tanda Mata XIII

Kemlaka Sound of Archipelago Membuka Pameran Tanda Mata XIII
Penampilan kelompok Kemlaka Sound of Archipelago pada pembukaan pameran “Tanda Mata XIII” di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta, Selasa (3/9). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Kemlaka Sound of Archipelago Membuka Pameran Tanda Mata XIII
Beberapa karya foto koleksi BBY dalam pameran “Tanda Mata XIII”.
Kemlaka Sound of Archipelago Membuka Pameran Tanda Mata XIII
Beberapa karya foto koleksi BBY dalam pameran “Tanda Mata XIII”.
Kemlaka Sound of Archipelago Membuka Pameran Tanda Mata XIII
Seorang pengunjung sedang mengamati karya M Basori berjudul Wayang Zaman.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebelas pemain musik dan seorang vokalis yang tergabung dalam kelompok musik Kemlaka Sound of Archipelago, Selasa (3/9) malam tampil di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta (BBY). Penampilan kelompok musik asal Surakarta tersebut mengawali pembukaan pameran “Tanda Mata XIII”.

Dengan mengusung konsep world music yang menggabungkan instrumen musik etnik/tradisional yang memiliki nada pentatonik dengan instrumen musik modern bernada diatonik Kemlaka memainkan komposisi lagu-lagunya.

Selain permainan instrumen, Kemlaka juga mengkomposisi dan mengaransemen ulang lagu etnik Nusantara dalam komposisi baru lagu mereka sebagai upaya mereka melestarikan dan mengembangkan keberagaman musik etnik tradisional di Indonesia yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik anak anak, remaja, dewasa, bahkan orang yang awam dengan musik. Setidaknya Kemlaka telah membuat 3 komposisi dengan nuansa etnik Betawi, selain Surakarta, Banyumasan, Banyuwangian.

Untuk memperkenalkan konsepnya, Kemlaka kerap melakukan tur ataupun mengikuti festival-festival di berbagai tempat diantaranya Solo City Jazz, Festinfest 2017 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI, Pekan Budaya Nasional sekaligus persiapan Indonesian Cultural Asiade (ICA) dalam rangka Asian Games 2018.

Selain tur dan festival, Kemlaka telah melahirkan satu album berjudul Wang Sinawang yang diluncurkan pada tahun 2014. Album yang bertemakan falsafah Jawa yang sudah mulai dilupakan oleh banyak orang, terutama generasi muda terdiri dari delapan komposisi yakni Gila Tipi, Susah Senang, Jejel Riyel, Muksa, Bunga Desa, dan Senyap. Pada dua komposisi lainnya Kemlaka membuat aransemen ulang pada lagu Lir Ilir (lagu etnik daerah Jawa) dan Fantastik Ondel-Ondel (lagu etnik daerah Betawi).

Salah satu kekuatan Kemlaka adalah kemampuan bermusik masing-masing personil yang tidak hanya berfokus pada satu instrumen musik. Para personel dari Kemlaka memiliki kemampuan memainkan instrumen musik lebih dari satu alat. Bisa dipahami, Dwi Priyo Sumarto selaku penggagas Kemlaka, Setyo Purwadi, dan Ari Prasetyo merupakan alumni Jurusan Karawitan, sementara Akso Gilang, Arif Rahman Thaufan, Nurseto Bayu Aji, dan Alfa Krisma merupakan alumni Jurusan Etnomusikologi.

Kemlaka Sound of Archipelago akan tampil pada Festival Payung Indonesia 2019 di panggung Garuda Mandala Candi Prambanan – Klaten, Sabtu (7/9).

Tentang pameran “Tanda Mata XIII” adalah pameran koleksi karya seni BBY. Sejak berdiri tahun 1982, BBY telah berkontribusi kepada masyarakat seni dengan memberikan ruang presentasi-apresiasi seni (rupa-pertunjukan). Sebanyak 531 karya seni rupa (lukisan, patung, grafis, foto, kriya) diterima BBY sebagai tanda mata  dari para seniman-perupa yang berpameran di BBY, sebagai imbal balik dan ungkapan terima kasih mereka telah berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta.

Sejak September tahun 1997 bersamaan ulang tahun BBY yang ke-15, BBY memamerkan ulang karya-karya tanda mata dari para seniman-perupa sejak tahun 1982 sampai 1997. Pada pameran “Tanda Mata I” sebanyak 61 karya tanda mata dipamerkan dengan dilengkapi katalog dalam cetakan hitam-putih.

Sejak pameran “Tanda Mata II” hingga “Tanda Mata XII” tahun lalu katalog pameran dicetak secara full color untuk menampilkan ilustrasi karya dalam warna yang sebenarnya.

“Karena tanda mata nantinya menjadi salah satu koleksi BBY, saya meninggalkan salah satu karya terbaik yang saya buat sesaat setelah selesai pameran di Bentara dan tidak pernah dipamerkan sebelumnya,” jelas Luddy Astaghis kepada satuharapan.com, Selasa (3/9) malam.

Sebuah karya lukisan berjudul Semoga Kau Mencintaiku Apa Adanya dalam medium cat akrilik di atas kanvas berukuran 100 cm x 100 cm menjadi tanda mata Luddy untuk BBY. Pada bulan Mei lalu Luddy berpameran tunggal di BBY dalam tajuk “Bakulan”.

Jika tahun lalu Herpri Binarwan meninggalkan tanda mata karya kartun dengan obyek seniman Sujud Kendang, pada  pameran “Tanda Mata XIII” seniman Djaduk Ferianto meninggalkan tanda mata sebuah karya foto dengan obyek yang sama: Sujud Kendang.

Karya-karya dalam pameran "Tanda Mata XIII" adalah karya yang dihadiahkan oleh seniman-perupa yang berpameran kepada pihak Bentara Budaya Yogyakarta sebagai tanda mata dalam periode Agustus 2018 hingga Agustus 2019 meliputi seniman-perupa Adi Ardiansyah,  Agung Suryahadi, Arbi Putra, Bagus Sadewa, Djaduk Ferianto, Eiwand Suryo, Fitriani Dwi Kurniasih (Fitri DK), Gunadi Uwuh, Harindarvati, Haryo SAS, Hery Sudiono, Kiki Juliansah, Kusbudiyanto, Luddy Astaghis, Moch. Basori, Mola, N. Rinaldi, Pambudi Sulistio, Putri Pertiwi, Ramadhyan Putri Pertiwi, Ruslan Pangeran, Subandi Giyanto, Wayan Sukadana, Widi S. Martodiharjo, Irwan Widjayanto, Nanang Widjaya, dan Moelyoto.

Pameran "Tanda Mata XIII" akan berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta hingga 11 September 2019.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home