Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 05:57 WIB | Rabu, 10 September 2014

Kemoterapi, Pengobatan dan Efek Sampingnya bagi Pasien Kanker

dr. Henry Naland Sp.B (k) Onk saat menjelaskan tentang pengobatan kemoterapi dan Chemo Center. (Foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Henry Naland dokter bedah onkologi FKUI dan RS Omni, menjelaskan obat kemoterapi, di samping menghambat sel kanker, sebagian besar juga menghambat pertumbuhan (pembelahan) sel normal.

Obat kemoterapi adalah semua obat sintetik atau yang berasal dari bahan obat alami seperti tanaman obat, yang dipakai untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang diakui ilmu kedokteran saat ini, merupakan hasil dari kemajuan teknologi yang luar biasa. Namun tetap saja, penyakit ini masih meninggalkan stigma di dalam masyarakat.

“Sel-sel di selaput lendir saluran makanan (mulai dari mulut sampai ke dubur), karena sering berhubungan dengan dunia luar (dari makanan, Red), sehingga menjadi sangat sensitif. Hal itu menjelaskan mengapa dengan kemoterapi terdapat efek samping berupa mual, muntah, sariawan, yaitu karena sel kanker maupun sel normal terkena dampaknya,” kata Henry dalam kesempatan Media Gathering OMNI 42th Anniversary dan Soft Launching Chemo Center, di Omni Hospitals Pulo Mas, Jakarta Timur, Selasa (9/9),

Sel normal yang dimaksud yaitu sel darah, sel sperma, sel ovum, bahkan nutrisi yang seharusnya sampai ke kepala juga terhambat (rambut rontok sampai botak), akan tetapi setelah kerontokan akibat kemoterapi diketahui rambut yang akan tumbuh jauh lebih lebat.

Efek samping kemoterapi sebagaimana diuraikan Henry berupa mual, muntah, diare, anemia, infeksi, efek terhadap organ-organ tubuh lainnya (bisa berupa payah jantung, dan sebagainya).

Kanker bukanlah disebabkan karena ada kuman maupun virus, melainkan sel tubuh sendiri yang berubah fungsi menjadi ganas karena berbagai hal, sehingga terjadi perubahan atau mutasi di dalam gen. Sel kanker sama seperti sel normal dalam tubuh kita, sehingga dapat dengan cepat membelah diri dan memperbanyak diri.

Kanker digolongkan menjadi dua yaitu tumor solid (yang kelihatan benjolannya), dan tumor nonsolid, tidak bisa dilihat benjolannya, misalnya kanker darah (leukemia).

Pengobatan utama pada kanker nonsolid misal leukemia atau limfoma, hanya dengan kemoterapi, sementara peran bedah hanya untuk diagnosis. Sedangkan kanker solid, misalnya kanker payudara, paru-paru, apabila memungkinkan tindakan pertama bisa saja dilakukan pengangkatan atau operasi, artinya semua jaringan tumor diangkat. Tetapi jika sudah menyebar secara sistemik harus dilakukan kemoterapi terlebih dahulu.

“Untuk mengurangi efek secara sitostastik, perlu diberikan istirahat. Maka setelah pengobatan kemoterapi pertama, diberikan istirahat selama 1-2 minggu, agar sel-sel normal tubuh kita yang terkena bisa segera memperbaiki diri. Sisi baiknya dengan kemoterapi, sel-sel kanker jauh lebih rusak daripada sel normal yang terkena. Kemoterapi dilakukan bukan hanya sekali, melainkan minimal enam kali.

Terdapat beberapa urutan pengobatan kanker yang diakui, antara lain pembedahan, radioterapi, kemoterapi, hormon terapi, Immuno Molekular Targeted Therapy, Complementary Alternative Therapy.

Oleh karena terdapat beberapa efek samping kemoterapi, maka sebelum diberikan terdapat beberapa syarat, antara lain:

  1. Periksa darah (Hb, leukosit, trombosit)
  2. Periksa fungsi hati, jantung, ginjal, dan syaraf, karena banyak obat kemoterapi yang bisa mempengaruhi organ ini.
  3. Karnofsky index, yaitu indeks yang menentukan apabila diberikan kemoterapi bermanfaat atau tidak bagi pasien. 
  4. Performance status, yaitu penilaian kondisi pasien, karena tidak semua pasien kanker harus diberikan kemoterapi,

“Dulu ketika seseorang didiagnosis kanker, maka orang yang sakit itu harus diangkat, sisanya baru kemoterapi. Hal itu menyebabkan anggapan masyarakat bahwa seseorang yang sedang menjalani kemoterapi adalah orang yang sudah terminal state (dekat dengan kematiannya), atau telah kehilangan satu organ,” jelas Henry.

Tetapi sekarang sudah ada konsep baru, misalnya kanker payudara yang masih kecil, bisa tetap dipertahankan payudaranya, di mana tahap pertama pengobatannya bisa dengan kemoterapi atau disinar (radioterapi).

Bahkan pada kanker stadium 4, berdasarkan prosedur saat ini tidak boleh langsung dibedah, melainkan dikemoterapi atau radioterapi terlebih dahulu, sehingga menjadi lebih kecil. Apabila masih diperlukan, baru dilakukan bedah.

Macam kemoterapi antara lain,

  1. Adjuvant Chemotherapy, untuk tumor yang ukurannya sudah cukup besar.
  2. Neo Adjuvant Chemotherapy, untuk tumor yang sudah sangat besar bahkan secara visual terlihat busuk, tidak boleh langsung dioperasi, melainkan dikecilkan dulu dengan Neo Adjuvant Chemotherapy.
  3. Terapi Residin, digunakan untuk mengatasi sel-sel tumor apabila ada penyebaran jaringan tumor.

Sayangnya, tidak semua sel tumor merespon baik obat kemoterapi. Respon moderat atau sedang yaitu kanker payudara dan usus. Yang tidak responsif (hanya berpengaruh sekitar 20 persen atau kurang) yaitu kanker tiroid, ginjal, tulang, paru-paru, maka pada pasien kanker-kanker tersebut biasanya akan cepat memasuki terminal state.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home