Loading...
EKONOMI
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:35 WIB | Kamis, 09 Januari 2020

Kemristek Seleksi Produk Farmasi Bangsa Masuk E Katalog

Menteri Roset dan Teknologi (Menristek) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro (kanan) dan Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group Raymond Tjandrawinata (kiri) dalam konferensi pers terkait kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Dexa Group, Bekasi, Jawa Barat, Rabu 08/01/2020). (Foto: Antara/Martha Herlinawati Simanjuntak)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional, menginginkan agar industri farmasi yang ada di Indonesia  menyeleksi produk-produk inovasi karya anak bangsa termasuk produk obat atau farmasi, untuk masuk ke e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang (LKPP).

"Kami sedang bicara dengan LKPP, nanti akan melakukan seleksi terhadap produk-produk inovasi dalam negeri apapun termasuk produk farmasi untuk ada di e-katalog yang dedicated, yang khusus hanya untuk inovasi dalam negeri. Jadi kalau anda ingin mendorong produk dalam negeri ya anda tinggal langsung ke e-katalog tersebut, tanpa khawatir harus dibandingkan dulu dengan produk impor," kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro kepada wartawan saat kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Dexa Group, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (8/1).

Kementerian Riset dan Teknologi, mendorong peningkatan dan penguatan inovasi dan hilirisasi hasil riset dan pengembangan, serta mendukung para peneliti dan inovator untuk menghasilkan produk yang komersial.

Menristek Bambang mengatakan, agar komersialisasi produk hasil riset dan inovasi, memang pemerintah harus mengambil bagian yakni dengan pembelian produk hasil riset dan inovasi karya anak bangsa baik untuk pengadaan rutin atau melalui e-katalog.

Pertumbuhan industri farmasi lokal khususnya pembuatan dan pengembangan obat, menghadapi tantangan antara lain bersaing dengan barang impor, regulasi yang ketat karena obat-obatan menyangkut nyawa manusia, sehingga butuh proses panjang dan uji klinis sampai obat diberi izin edar, serta investasi yang besar untuk penelitian dan pengembangan.

Untuk itu, pemerintah Indonesia memberikan insentif pengurangan pajak penghasilan bruto diatas 100 persen atau super deductible tax, untuk industri yang melakukan pelatihan dan pendidikan vokasi bagi para pekerja, serta kegiatan penelitian dan pengembangan tertentu.

"Kita harapkan akan membuat perusahaan yang belum pernah ada untuk masuk ke penelitian dan pengembangannya, dan yang sudah masuk seperti ini bisa memperbesar penelitian dan pengembangan. Kita harapkan nantinya perusahaan tidak ragu lagi untuk berinvestasi karena mendapat benefit," kata Menristek Bambang.

Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group Raymond Tjandrawinata, mengatakan industri farmasi dalam negeri akan semakin berkembang jika setidaknya menguasai pasar dalam negeri dan menggantikan produk atau bahan baku impor. Dia menuturkan pasar Indonesia begitu besar dengan kurang lebih 250 juta penduduk yang seharusnya diisi oleh produk farmasi karya anak bangsa.

"Alangkah bahagianya kalau kami bisa memastikan bahwa penggunaan obat modern asli Indonesia ini bukan hanya digunakan dokter-dokter tertentu, tapi justru masyarakat luas 250 juta penduduk Indonesia misalnya masuk lewat program-program pemerintah, lewat Jaminan Kesehatan Nasional dan lain-lain," katanya.

Menurut Raymond, jika obat-obatan yang dihasilkan industri farmasi dalam negeri digunakan secara masif dalam negeri, maka dapat dipastikan peningkatan penurunan impor untuk produk obat.

Oleh karena itu, bahan baku obat berbasis keanekaragaman hayati Indonesia harus semakin dikembangkan sehingga mampu menjadi substitusi bagi bahan baku impor dan bahan baku kimia. (Ant)

 

 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home