Loading...
INSPIRASI
Penulis: Weinata Sairin 06:59 WIB | Kamis, 30 Juni 2022

Kemuliaan Dunia Cepat Menguap Lenyap

"Quam cito transit gloria mundi. Betapa cepat kemuliaan duniawi itu lewat."
Ilustrasi. Pixabay

SATUHARAPAN.COM - Ada banyak orang yang terkesima, terpukau, terlena kepada sesuatu yang biasa disebut "duniawi". Dalam kondisi seperti itu sebagian warga masyarakat mengejar harta dunia dengan beragam cara mulai dari cara yang standar, halal hingga yang melawan hukum, yang melawan ajaran agama. 

Para sosialita yang uangnya tebal menghadiahkan mobil miliaran rupiah bagi istrinya atau membelikan baju jutaan rupiah untuk bayinya yang baru lahir ceasar. Memang acap orang membedakan secara dualitas, misalnya jasmani-rohani, horisontal-vertikal, duniawi-surgawi, dan sebagainya. Kata "duniawi" biasanya dihubungkan dengan segala sesuatu yang profan, sekuler, yang kasat mata; terjadi dan berlangsung di dalam dunia dan yang sifatnya fana, temporer dan sementara.

Duniawi biasa juga dihubungkan dengan jasmani, sesuatu yang bisa dilihat, diraba, nampak secara riil bukan maya, virtual. Dalam arti tertentu kata "duniawi" mengandung konotasi negatif yang dianggap bisa menggerus kekuatan spiritual dan ketangguhan iman seseorang.

Pada kalimat berikut makna kata 'duniawi' bisa termaknai dengan amat jelas. "Di lantai 17 hotel Adios Amigos setiap orang bisa menikmati kondisi surga dunia. Banyak orang mencari kesenangan duniawi ditempat itu". "Sesudah keluar dari penjara ia tidak lagi melakukan aktivitas duniawi yang melawan hukum, ia fokus pada pemantapan rohani melalui seorang kyai tersohor".

Dari banyak literatur keagamaan istilah "duniawi" memang nyaris bernuansa negatif apalagi jika dikontraskan dengan dimensi "surgawi", "kesurgaan"," transenden" duniawi, sekuler yang seringkali dipertentangkan dengan yang sakral dan vertikal memang kosa kata yang amat dikenal dalam kehidupan kita sebagai umat yang beragama.

Sejak awal, agama-agama menyatakan dengan amat jelas dan eksplisit bahwa "dunia" itu termasuk benda yang diciptakan. Dunia bukan benda kekal dan abadi yang berada di luar ruang dan waktu. Dunia adalah ciptaan agung dan mahakarya dari Allah, Khalik Alam. Oleh karena itu dunia adalah benda yang fana termasuk segala sesuatu yang ada di dalam dunia.

Manusia diciptakan Allah agar ia mengukir karya terbaik ditengah dunia, mengelola bumi ini dengan seluruh kekayaan yang ada agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan umat manusia dari abad ke abad. Sayangnya nafsu penguasaan manusia terhadap bumi amat besar, ia eksploitasi isi perut bumi tanpa mengkalkulasi dengan matang dampaknya bagi generasi berikut dan bagi perkembangan alam itu sendiri.

Walaupun narasi agama-agama amat jelas menyatakan bahwa kewargaan kita bukan di dunia ini tapi di surga, yang akan dialami dimasa datang, namun manusia terlena pada hal-hal yang duniawi, yang kelihatan, yang bisa diraba. Manusia berupaya dengan segala cara bahkan yang bertentangan dengan agama untuk mencapai kesuksesan, demi mempertahankan "kemuliaan duniawi".

Orang membeli sertifikat, membeli gelar, korupsi, membobol ATM, ciber crime merekayasa perusahaan bodong, menipu para peserta umroh, mark up anggaran, mengorupsi uang bansos, menyuap pejabat, dan sebagainya mengabaikan dan berpura-pura tak tahu undang-undang hanya untuk mempertahankan kemuliaan duniawi.

Orang tidak takut lagi pada hukuman Tuhan, bahkan terus menerus berbohong, hipokrit, menipu dan mengelabui Tuhan, orang tidak taat hukum dan mencari alibi untuk bebas dari proses peradilan, meminta diskon pengadilan, lari atau bersembunyi untuk mengelak dari proses hukum, menjadi DPO bertahun-tahun. 

Negeri ini sudah tidak lagi sepenuhnya negeri yang warga negaranya taat beragama, tapi negeri yang warganya masih repot berdiskusi untuk mengatur kolom agama di KTP atau diskusi tentang pola pembelajaran agama yang cocok di era digital, agama X resmi atau tidak sehingga lupa untuk beragama secara utuh penuh, kafah konsisten dan kontinyu.

Para pejabat agama, tokoh dan lembaga agama harus berupaya terus mencari pola dan bentuk yang relevan dalam proses pembinaan kehidupan beragama di zaman ini. Pola dan bentuk itu menolong umat sehingga mereka dapat mewujudkan keberagamaan yang kafah dalam hidup sehari-hari.

Kemuliaan dunia itu cepat berlalu bersama usia yang makin uzur. Jangan terpukau pada kemuliaan duniawi, pada harta, tahta, jabatan dan kemasyhuran. Wujudkan hidup yang taat hukum dan takut kepada Tuhan! 

Carilah kemuliaan surgawi yang kekal abadi,yang berada diluar ruang dan waktu dengan cara melaksanakan perintah agama, beramal, berdiakonia bersedekah, berbuat kebajikan, menabur cinta kasih bagi sesama dan bentuk-bentuk lainnya tanpa me memandang Sara. Ingat keakanan kita berada di kekekalan, dan bukan di kefanaan. Kita seluruh warga bangsa adalah umat beragama, umat berTuhan.

Kita harus menghormati agama-agama, respek terhadap hari raya agama. Agama tidak boleh dinodai oleh korupsi, radikalisme, hipokrisi, roh keserakahan, adu domba atau cari kambing hitam. Mari terus berjuang menggapai kemuliaan surgawi yang Tuhan sediakan bagi kita umat yang percaya kepadaNya!

Selamat berjuang. God bless.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home