Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:36 WIB | Senin, 22 Februari 2016

Kenali Perilaku Nyamuk Aedes Aegypti

Ilustrasi: nyamuk Aedes aegypti. (Foto: Dok. satuharapan/demamberdarah.org)

SEMARANG, SATUHARAPAN.COM - Demam berdarah dengue (DBD) senantiasa menjadi masalah dan isu nasional di kala musim hujan tiba. Namun, dengan mengenal perilaku dan perkembangbiakan nyamuk pembawa virus dengue, diharapkan masyarakat menjadi lebih waspada lagi terhadap penularan penyakit fenomenal ini.

Perilaku dan perkembangbiakan nyamuk tersebut, merupakan salah satu hasil berbagai riset yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan, khususnya yang dilakukan oleh Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir (B2P2VRP) Salatiga.

“DBD pada dasarnya merupakan penyakit tular vektor, karena nyamuk ini membawa virus dengue. Nyamuk tersebut mempunyai perilaku menggigit di pagi dan sore hari, berkembang biak di air bersih, dan mampu menularkan kepada orang banyak. Nyamuk-nyamuk pembawa virus tersebut adalah Aedes aegypti yang biasa di dalam ruangan dan Aedes albopictus yang biasa hidup di luar ruangan,“ kata Kepala Badan Litbang Kesehatan, dr Siswanto MHP DTM, dalam dialog interaktif secara on air di studio TVRI Jawa Tengah, Semarang, baru-baru ini, seperti dilansir dari situs litbang.kemkes.go.id.

Menurut dr Siswanto, ternyata tidak semua nyamuk Aedes mengandung virus dengue. Berdasarkan hasil Riset Khusus Vektor dan Reservoir (Rikus Vektora) yang diselenggarakan Badan Litbang Kesehatan di tahun 2015, hanya 1-5 persen nyamuk yang mengandung virus dengue.

“Tapi jangan lupa, jika nyamuk (Aedes) memiliki sifat tidak hanya 1 orang. Jika dia menggigit orang yang menderita sakit demam berdarah, dan menggigit orang lain, maka dia menularkan juga”, kata dr Siswanto.

Selain itu, dr Siswanto menginformasikan, perilaku menarik nyamuk lainnya. “Jika induk nyamuk membawa virus (dengue), maka telurnya yang menetas menjadi nyamuk akan membawa virus juga atau dikenal dengan istilah transovaria,“ katanya.

Pencegahan yang dinilai masih efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M plus (Menutup, Menguras, Mendaur ulang) plus menghindari gigitan nyamuk. “Tapi sebenarnya ada metode lain yang dapat menghambat (pengembangan jentik) yakni abate, dan pendekatan biologis seperti menggunakan bakteri dan ikan,” katanya.

Yang cukup mengkhawatirkan lagi, dr Siswanto mengatakan, nyamuk Aedes di beberapa kabupaten/kota di Indonesia mengalami resisten terhadap beberapa insektisida yang biasa digunakan. Selain itu, ia menekankan pentingnya gerakan terstruktur secara serentak dari seluruh komponen masyarakat dalam pemberantasan DBD ini.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home