Kepala Militer Lebanon Dijagokan Jadi Presiden, Kandidat Dukung Hizbullah Mundur
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Kandidat yang didukung oleh Hizbullah dan Gerakan Amal mengundurkan diri dari pemilihan presiden Lebanon pada hari Rabu (8/1) malam dan mengumumkan dukungannya terhadap panglima Angkatan Bersenjata Lebanon.
Sleiman Frangieh, seorang politikus dari Lebanon Utara yang memiliki hubungan dekat dengan rezim al Assad yang kini telah digulingkan di Suriah, mengumumkan keputusannya di menit-menit terakhir dalam sebuah posting di X. Frangieh gagal mengumpulkan suara yang diperlukan dalam sesi pemilihan sebelumnya.
“Mengingat bagaimana keadaan telah berubah, saya mengumumkan penarikan pencalonan saya, yang tidak pernah menjadi hambatan bagi proses pemilihan,” katanya.
Frangieh berterima kasih kepada mereka yang mendukungnya tanpa secara langsung menyebut Hizbullah atau Gerakan Amal dan memberikan dukungannya kepada komandan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF), Jenderal Joseph Aoun.
“Sejalan dengan apa yang telah saya umumkan sebelumnya, saya akan mendukung Jenderal Joseph Aoun, yang memiliki kualifikasi (untuk jabatan presiden),” kata Frangieh.
Pada hari Selasa (7/1) dilaporkan bahwa Aoun dan Jihad Azour, seorang pejabat IMF saat ini dan mantan menteri Lebanon, adalah kandidat terdepan.
Aoun lebih disukai di Washington dan mendapat dukungan dari sebagian besar komunitas internasional, tetapi masalah konstitusional menjadi kendala yang harus diatasinya di Parlemen yang beranggotakan 128 orang.
Ia membutuhkan 86 suara karena posisinya sebagai pegawai negeri senior, bukan 65 suara untuk orang lain. Hingga hari Rabu malam, jalan Aoun tampak jelas, dengan lebih banyak anggota parlemen yang secara terbuka mendukungnya.
Perdana Menteri sementara, Najib Mikati, mengatakan untuk pertama kalinya sejak kekosongan presiden, "Saya merasa senang karena, besok kita akan memiliki presiden baru Republik ini."
Negara ini tidak memiliki presiden sejak Oktober 2022. Sejak saat itu, perang yang menghancurkan antara Iran dan kelompok-kelompok yang didukungnya serta Israel telah mengubah bentuk kawasan tersebut. Ini termasuk pembunuhan sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dipandang sebagai orang kepercayaan Iran untuk apa yang disebut poros perlawanannya.
Bashar al Assad juga terpaksa melarikan diri dari Suriah setelah kelompok oposisi menggulingkan rezimnya pada akhir tahun 2024, yang mengakhiri kekuasaan Partai Baath selama 61 tahun di negara tersebut.
Sementara itu, dilaporkan bahwa obligasi dolar negara Lebanon yang gagal bayar naik untuk hari kelima pada hari Rabu (8/1) karena optimisme investor bahwa seorang kandidat akan dipilih kali ini.
Hal itu memperpanjang reli mereka pada hari-hari awal tahun 2025 menjadi 15 persen, yang tertinggi di antara rekan-rekan pasar berkembang. Kemajuan tersebut dibangun di atas pengembalian 114 persen kepada pemegang obligasi tahun lalu, yang juga merupakan yang terbesar di kelas aset.
"Kami optimis dengan hati-hati bahwa pemungutan suara besok dapat mengarah pada munculnya kandidat yang sukses dan mengakhiri kekosongan presiden," kata analis Goldman Sachs Farouk Soussa dalam sebuah catatan. (AP/Bloomberg/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Hamas Bersiap Bebaskan Sandera Pertama Berdasarkan Kesepakat...
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Hamas diperkirakan akan membebaskan sandera pertama berdasarkan kesepakat...