Kerusakan di Ukraina Dampak Invasi Rusia

Petugas pemadam kebakaran Ukraina melihat pecahan pesawat yang jatuh di Kiev, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. Tidak jelas pesawat siapa yang jatuh dan siapa yang menjatuhkannya di tengah invasi Rusia di Ukraina. (Foto: AP/Oleksandr Ratushniak)

Orang-orang berbaring di kereta bawah tanah Kiev, menggunakannya sebagai tempat perlindungan bom di Kiev, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022. (Foto: AP/Emilio Morenatti)

Pecahan pesawat yang jatuh terlihat di Kiev, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. (Foto: AP/Oleksandr Ratushniak)

Pemandangan gedung yang rusak akibat serangan roket di kota Kiev, Ukraina, Jumat, 25 Februari 2022. (Foto: AP/Emilio Morenatti)

Foto yang dibuat dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kepresidenan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Moskow, Rusia, Kamis, 24 Februari 2022. Putin adalah yang paling bertanggung jawab atas agresi ke Ukraina. (Foto: tangkap layar via AP)

Pendukung kedaulatan Ukraina memprotes invasi Rusia ke Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022, di New York. Para pemimpin dunia Kamis mengutuk invasi Rusia ke Ukraina sebagai "biadab" dan bergerak untuk menjatuhkan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow dan mereka yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin. (Foto: AP/John Minchillo)

SATUHARAPAN.COM-Agresi Rusia terhadap Ukraina yang sudah diperdiksi dilakukan dengan serangan yang mendekati ibu kota Ukraina, Kiev, hanya dua harus sejak serangan diumumkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Serangan ini juga menyasar situs sipil, dan diperkirakan akan mengubah peta keamanan dan ekonomi global. Ini akibat Putin yang keras kepala dengan ambisi ingin mengubah Ukraina yang demokratis dalam pengaruhnya, dan menolak Ukraina bergabung dengan NATO.

Namun banyak perkiraan bahwa agresi Rusia ke Ukraina justru menempatkan rezin Putin dalam taruhan, meskipun secara konstitusi Rusia, Putin berpeluang memerintah Rusia hingga tahun 2036. Penolakan dari dalam negeri juga bisa menjadi ancaman keras terhadap rezim Putin, selain dampak sanksi yang luas dank eras oleh banyak negara maju.

Editor : Sabar Subekti