Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 13:49 WIB | Jumat, 16 September 2016

KESDM: Banyak Negara Minati Pengembangan Panas Bumi RI

Saat ini pemanfaatan energi bersih menjadi trend di Negara-negara maju dan pengembangan panas bumi di Indonesia sendir merupakan kegiatan prioritas nasional.
Ilustrasi. Pemanfaatan energi panas bumi. (Foto: ebtke.esdm.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Direktur Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yunus Saifulhak mengatakan saat ini investor dari beberapa negara sahabat menyatakan minatnya dalam pengembangan energi yang ramah lingkungan ini dan yang paling agresif adalah Tiongkok. 

“Banyak Negara saat ini menyatakan minatnya untuk berinvestasi dalam pengembangan panas bumi di Indonesia bukan hanya investor domestik namun juga investor luar negeri. Dalam proses lelang, mereka sudah menyebutkan perusahaannya misalnya, Enel dari Italia, Itai, Ormat dari Amerika, Jepang dan yang paling agresif adalah Tiongkok,” kata Yunus Saifulhak saat jumpa pers di Jakarta, hari Kamis (15/9). 

Menurut dia, bangsa Indonesia dikarunia sumber-sumber renewable energy yang berlimpah seperti angin, matahari, air dan panas bumi. Potensi panas bumi yang Indonesia mencapai 30.000 MW atau lebih dari 40 persen dari potensi dunia dan saat ini yang termanfaatkan hanya sekitar 1,5 GW sehingga masih banyak yang belum termanfaatkan.  

Yunus menambahkan, sifat agresif ditunjukkan investor Tiongkok dalam pengembangan panas bumi di Indonesia terlihat dari salah satu perusahaan mereka yakni PT KS Orka yang sudah mengembangkan panas bumi di wilayah kerja panas bumi (WKP) Sorik Merapi, Sumatera Utara dan bersamaan mengakuisisi saham di Sokoria, sebanyak 95 persen dengan hanya menyisakan 5 persen untuk Bakrie. 

Saat ini pemanfaatan energi bersih menjadi trend di Negara-negara maju dan pengembangan panas bumi di Indonesia sendir merupakan kegiatan prioritas nasional. Investasi panas bumi mencapai US$ 0,56 miliar jika di Rupiahkan dengan kurs Rp 13.300 menjadi hampir sekitar Rp 7 triliun atau 58,3 persen dari target US$ 0,96 miliar tahun 2016.  

Yunus mengatakan masyarakat dunia saat ini sudah mulai mengalihkan penggunaan energi berbasil fosil kepada energi non fosil yang terbukti lebih ramah lingkungan seperti sumber daya panas bumi.  

"Panas bumi terbukti hanya sedikit menghasilkan emisi gas CO2 dibandingkan dengan sumber energi fosil, sehingga pengembangannya tidak merusak lingkungan, bahkan bila dikembangkan akan menurunkan laju peningkatan efek rumah kaca," kata dia.  

"Selain itu, pengembangan panas bumi dapat menjaga kelestarian hutan karena untuk menjaga keseimbangan sistem panas bumi diperlukan perlindungan hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan," dia menambahkan. (esdm.go.id) 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home