Kim Jong Un Berjanji Persiapkan Kekuatan Nuklir untuk Bertempur Lawan AS
PYONGYANG, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, berjanji akan menggandakan upaya untuk membuat pasukan nuklirnya sepenuhnya siap bertempur melawan Amerika Serikat dan sekutunya, media pemerintah melaporkan pada hari Selasa (10/9), setelah negara itu mengungkapkan platform baru yang kemungkinan dirancang untuk menembakkan rudal balistik antar benua (ICBM) yang lebih kuat yang menargetkan daratan AS.
Kim telah berulang kali membuat janji serupa, tetapi ancaman terbarunya muncul karena para ahli luar percaya Kim akan melakukan uji coba senjata provokatif menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November. Dalam beberapa hari terakhir, Korea Utara juga telah melanjutkan peluncuran balon pembawa sampah ke Korea Selatan.
Dalam pidato yang menandai ulang tahun ke-76 berdirinya pemerintahannya pada hari Senin (9/9), Kim mengatakan Korea Utara menghadapi "ancaman serius" karena apa yang disebutnya "ekspansi gegabah" dari blok militer regional yang dipimpin AS yang sekarang berkembang menjadi blok berbasis nuklir. Kim mengatakan perkembangan seperti itu mendorong Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan militernya, menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA)
Kim mengatakan Korea Utara akan "melipatgandakan langkah dan upayanya untuk membuat semua angkatan bersenjata negara itu termasuk angkatan nuklir sepenuhnya siap tempur," kata KCNA.
Korea Utara telah memprotes penandatanganan pedoman pertahanan baru AS-Korea Selatan pada bulan Juli yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan senjata nuklir AS dan senjata konvensional Korea Selatan untuk mengatasi ancaman nuklir Korea Utara yang terus meningkat.
Korea Utara mengatakan pedoman tersebut mengungkap rencana musuh-musuhnya untuk menyerang negara itu. Pejabat AS dan Korea Selatan telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud menyerang negara itu.
Sejak 2022, Korea Utara telah secara signifikan mempercepat aktivitas pengujian senjatanya dalam upaya untuk menyempurnakan kemampuannya untuk melancarkan serangan terhadap AS dan Korea Selatan. AS dan Korea Selatan telah menanggapi dengan memperluas latihan militer yang disebut Korea Utara sebagai latihan invasi.
Banyak analis percaya Korea Utara memiliki beberapa hambatan teknologi terakhir yang harus diatasi untuk memperoleh rudal nuklir jarak jauh yang dapat mencapai daratan AS, meskipun kemungkinan besar sudah memiliki rudal yang dapat mengenai target utama di Korea Selatan dan Jepang.
Pejabat dan pakar Korea Selatan mengatakan Korea Utara dapat melakukan uji coba nuklir atau uji coba peluncuran ICBM sebelum pemilihan umum AS untuk meningkatkan pengaruhnya dalam diplomasi masa depan dengan AS. Para pengamat mengatakan Korea Utara kemungkinan berpikir kemampuan nuklir yang lebih besar akan membantunya memenangkan konsesi AS seperti keringanan sanksi.
Korea Utara hingga Selasa (10/9) pagi tampaknya tidak menggelar demonstrasi militer besar untuk menandai ulang tahun tahun ini. Namun, surat kabar utama Korea Utara, Rodong Sinmun, pada hari Minggu (8/9) menerbitkan foto Kim yang sedang memeriksa apa yang tampak seperti kendaraan peluncur rudal 12 poros, yang akan menjadi yang terbesar yang pernah dipamerkan negara itu sejauh ini, selama kunjungan ke pabrik amunisi. Hal ini memicu spekulasi bahwa Korea Utara dapat mengembangkan ICBM baru yang lebih besar dari ICBM Hwasong-17 saat ini, yang diluncurkan dengan kendaraan 11 poros.
Ketika ditanya tentang foto tersebut pada hari Senin, juru bicara Pentagon, Mayjen Pat Ryder, menolak untuk memberikan penilaian khusus tentang kemampuan rudal Korea Utara dan menegaskan kembali bahwa Washington bekerja sama erat dengan Seoul, Tokyo, dan mitra lainnya untuk menjaga keamanan regional dan mencegah potensi serangan.
“Bukan hal yang aneh bagi Korea Utara untuk menggunakan laporan dan citra media untuk mencoba menyampaikan pesan, Anda tahu, ke dunia,” katanya.
Ribuan Balon Sampah
Korea Utara menerbangkan ratusan balon besar yang membawa sampah ke Korea Selatan selama lima hari berturut-turut hingga hari Minggu (8/9), memperpanjang kampanye perang psikologis ala Perang Dingin yang semakin memicu permusuhan di Semenanjung Korea. Balon-balon tersebut sebagian besar berisi kertas bekas dan vinil, dan tidak ada laporan kerusakan besar.
Korea Utara memulai kampanye balonnya pada akhir Mei, menyebutnya sebagai tanggapan terhadap warga sipil Korea Selatan yang menerbangkan selebaran propaganda melintasi perbatasan melalui balon mereka sendiri. Korea Selatan kemudian memulai kembali siaran pengeras suara propaganda anti Pyongyang di sepanjang perbatasan darat yang tegang antara kedua negara.
Para pengamat mengatakan Korea Utara sangat sensitif terhadap aktivitas penyebaran selebaran dan siaran pengeras suara Korea Selatan karena hal itu dapat menghambat upayanya untuk melarang berita asing dari 26 juta penduduknya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Para Pemimpin Dunia Beri Selamat kepada Donald Trump
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Putusan para pemilih Amerika Serikat lebih menentukan daripada yang dipredik...