Loading...
RELIGI
Penulis: Endang Saputra 11:44 WIB | Senin, 03 Oktober 2016

Komisi VIII Nilai Agama Kerap Jadi Daya Tarik Menipu Korban

Wakil Ketua Komisi VIII Sodik Mudjahid. (Foto: Dok.satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Ketua Komisi VIII, Sodik Mudjahid, menilai agama kerap kali menjadi daya tarik para pelaku sebagai media untuk mempengaruhi para korban.

Sodik mencontohkan pengakuan nabi palsu yang mendapat wangsit, juga perilaku lainnya. Sedangkan unsur mistis menjadi warna dan daya tarik, seperti halnya yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, menggandakan uang. Dalam berbagai kasus, modus penipuan dibungkus dengan agama kerap melibatkan masyarakat strata sosial ekonomi kelas bawah.

Politisi Partai Gerindra ini menilai ada tiga hal yang dapat dipetik dari kasus Dimas Kanjeng. Pertama, keharusan adanya proses evaluasi dan pemantapan program keagamaan. Menurutnya pendidikan agama harus membuat perubahan masyarakat, mulai pemantapan akidah dan tauhid, ibadah, dan akhlak.

“Pendidikan agama yang benar jangan hanya formalistik dan lipstik. Satu di antaranya harus mampu mencegah ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal yang bertentangan dengan akidah dan imannya,” kata Sodik sat dihubungi wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, hari Senin (3/10).

Kedua, kata Sodik harus ada evaluasi dan pemantapan program pendidikan. Khususnya, pendidikan masyarakat kelas bawah, yang tidak hanya sebatas kejar paket A dan B. Yang terpenting, pendidikan yang mampu menciptakan kecerdasan logika, emosi sebagai upaya mencegah fenomena aneh. Dengan begitu, masyarakat dapat terbebas dari modus penipuan dibungkus dengan agama dan mistis.

“Ketiga, evaluasi program pengentasan kemiskinan,” kata dia.

Menurut Sodik, kasus seperti Dimas Kanjeng membawa daya tarik ekonomi bagi masyarakat miskin yang hidup dalam tekanan ekonomi. Ironisnya, kebanyakan masyarakat lebih tertarik dengan program berbau mistis ketimbang program pengentasan kemiskinan.

Sodik berpendapat, jika program pembinan agama, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan tidak dilaksanakan dengan serius, maka masyarakat Indonesia tak akan terhindar dari praktik mistis.

“Kita masih membiarkan masyarakat kita tetap dalam kondisi keterbelakangan yang selalu menjadi sasaran empuk berbagai  penipuan berciri agama, mistis, dan iming-iming uang,” kata dia.

Sodik mengatakan melalui kasus penipuan berkedok agama dengan penggandaan uang oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang menjadi perhatian masyarakat luas itu, kemudian mencapai ribuan orang dari berbagai daerah yang menjadi murid. ‎

“Semua kasus tersebut selalu terkait dengan tiga hal yakni agama, mistis dan kondisi sosial," kata dia.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home