Loading...
HAM
Penulis: Reporter Satuharapan 23:15 WIB | Selasa, 21 Maret 2017

Komnas Perempuan: Ibu Patmi Perempuan Pembela HAM

Patmi, salah satu Kartini Kendeng meninggal dunia karena serangan jantung. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komnas Perempuan menyampaikan belasungkawa dan rasa kehilangan atas meninggalnya Ibu Patmi, salah satu peserta aksi Dipasung Semen II, pada tanggal 21 Maret 2017.

"Perempuan Pembela HAM ini bergabung dalam aksi sejak tanggal 16 Maret 2017. Ia dan 55 warga dari Kabupaten Pati dan Rembang, meminta negara menghentikan operasi PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, karena mengancam kelestarian alam pegunungan Kendeng yang menjadi sumber kehidupan mereka," kata Ketua Komnas Perempuan Azriana di Jakarta, Selasa (21/3). 

Ibu Patmi merupakan salah satu perempuan yang sejak tahun 2006 berjuang menyelamatkan kelestarian lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitar pegunungan Karst Kendeng.

Komnas Perempuan mengapresi keteguhan perjuangan Ibu Patmi bersama ibu-ibu Kendeng yang lain dalam mempertahankan sumber kehidupan masyarakat Kendeng.

Kepergian Ibu Patmi menambah deretan panjang sejarah perjuangan perempuan pembela HAM yang mendedikasikan seluruh kehidupannya bagi perjuangan pemenuhan HAM.

"Ibu Patmi menjadi teladan mulia bagi para perempuan dan kita semua untuk tak kenal lelah berjuang menyelamatkan kelestarian alam. Dengan menyelamatkan kelestarian alam, merawat ekosistem, kita menyelamatkan manusia-manusia didalamnya sebagai bagian dari mahluk hidup dalam rantai kehidupan bumi," kata Azriana. 

Hasil pemantauan Komnas Perempuan terhadap pengelolaan sumber daya alam, terutama di pegunungan Kendeng menunjukkan praktik penambangan batu kapur dan pendirian maupun rencana pendirian pabrik semen yang dilakukan di tiga kabupaten yakni Pati, Rembang dan Grobogan, akan berdampak serius pada perempuan. 

"Bagi perempuan, air, tanah dan udara yang sehat adalah hak, hilangnya tanah adalah hilangnya sumber kehidupan dan dimulainya pemiskinan," ujarnya.

Dalam proses pendirian semen dan penambangan, Azriana mengatakan partisipasi perempuan tersingkir dalam pengambilan keputusan yang sejati. 

Selain itu kekekerasan dan ancaman kekerasan terhadap perempuan juga disebutnya merobek kedamaian publik dan domestik di komunitas. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home