Konflik Syiah dan Sunni di Suriah Dikhawatirkan Menjalar ke RI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua PP Muhamadiyah Yunahar Ilyas, mengatakan, dulu konflik Syiah dan Sunni di Timur Tengah tidak terasa di Indonesia sebab media yang menyampaikannya tidak ada.
“Dulu percikan-percikan Syiah dan Sunni di Timur Tengah tidak terasa ke Indonesia karena medianya tidak ada, ditulis dengan Bahasa Arab juga orang sini (Indonesia) tidak paham, sekarang medianya banyak walaupun dalam situs-situsnya bahasa Arab ada sukarelawan penerjemah dan sangat cepat menyebar. Nah di situlah saya sangat khawatir konflik yang ada di Suriah, yang ada di Iran, dengan cepat pindah ke Indonesia,” kata Yunahar dalam diskusi di Aula KH. Ahmad Dahlan PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (17/2) malam.
Selain itu, kata Yunahar, dirinya khawatir kondisi geopolitik global termasuk memanasnya hubungan Arab Saudi-Iran, pasca-Iran mengecam eksekusi mati ulama terpandang Syiah oleh pemerintah Arab Saudi, akan berpengaruh terhadap hubungan Syiah dan Sunni di Indonesia.
“Terlepas dari ini kepentingan politik siapa, yang jelas di depan mata kita ada ancaman konflik. Jalan keluarnya, bagaimana? Melarang kaum Syiah, dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa, tidak bisa. MUI harus bertanggung jawab melindungi umat Islam Indonesia dari akidah yang menyimpang dari pikiran-pikiran yang merusak, baru keluarlah fatwa seperti Al- Qaedah Islamiah sesat, dan terakhir Gafatar sesat,” kata dia.
Selain itu, kata Yunahar sebenarnya antara Syiah dan Sunni ada dua kepentingan politik dan kepentingan teologi.
“Arab Saudi dan Iran mempunyai kepentingan politik dan ulama-ulamanya punya kepentingan teologi kebetulan dua kepentingan ini bersatu,” kata dia.
Editor : Eben E. Siadari
Penasihat Senior Presiden Korsel Mengundurkan Diri Masal
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Para penasihat senior Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, termasuk kepala...